![]() | |
| Adik pertama sekolah |
lembaga pendidikan yang demikian sangat saya idamkan jadi anak-anak sekolah tanpa tekanan dia belajar karena kebutuhan bukan paksaan, datang kesekolah dengan riang bukan dengan muram. hari-harinya indah disekolaha seperti kisah "si totto chan"
tatkala anakku yang pertama harus masuk kesebuah lembaga pendidikan yang lumayan favorit menurut masyarakat sekitarku dan fullday aku tidak banyak protes aku berusaha menyiapkan semua kebutuhan mentalnya bagaimana dia akan menjalani hari-harinya yang panjang dilembaga tersebut. tahun pertama di bulan awal-awal aku masih tenang makin bertambah bulan mulai gelisah ada beberapa prinsip yang terkadang berlawanan dengan hati kecilku tapi aku berusaha positif thinking. satu tahun berlalu saat aku harus mengambil hasil evaluasi belajarnya selama satu tahun. walau mungkin masih jauh dari harapan setidaknya aku masih punya kesempatan untuk mengungkapkan keinginanku terhadap pendidikan anakku. gurunya hanya tersenyum dan sepertinya berusaha mengerti apa yang aku maksudkan.
kini sudah masuk tahun ke 3 saat anakku yang ke 2 masuk sekolah yang sejenis dengan kakaknya tetapi kali ini aku sedikit lebih was-was karena anakku masuk dilembaga yang berbeda dengan kakak walau jenisnya mirip. kehawatiran ku berawal dari cerita-cerita yang berkembang diantara teman-temanku karena anaknya sekolah di tempat itu, opini-opini sedikit negatif mulai aku dengar walau aku masih belum pernah mengalami atau melihat sendiri. aku mulai hawatir apakah lembaga ini tepat untuk adik tapi jujur aku tidak punya pilihan karena dilembaga ini pula aku bekerja.
issu yang sangat menggangguku adalah berkaitan dengan proses pendisiplinan terhadapa anak. bagaimana aku tidak hawatir aku berusaha belajar membuat sebuat kediplinan itu menyenangkan bukan tekanan atau paksaan tapi apa yang terjadi hal yang terkadang dianggap sepele bagi orang dewasa lalu dijadikan hal yang luar biasa bagi seorang anak yang terkadang malah memberikan kesempatan kepada orang dewasa menerapkan disiplin untuk orang dewasa.
anak umur 6 tahun menghadapi sebuah cara disiplin yang kasar, dengan mendapat tekanan sana sini dan seandainya dia bisa protes seperti si ahed anak palestina pasti dia kan bicara kenapa kau hukum aku hanya karena aku menoleh atau bicara sedikit saat kegiatan berlangsung, aku butuh bergerak bereksplorasi kalu saat ini saja aku sudah senantiasa hidup dalam tekanan lalu aku harus menekan siapa?
kita sudah tidak hidup dijaman batu ketika semua serba ditekan, sekarang sudah modern saatnya kita senantiasa update bagaimana mereka disiplin karena kesadaran bukan karena tekanan
salah satu kegagalan pendidikan yang katany berbasis karakter tak lebih karena kita tidak bisa membangun karakter itu hadir karena kesadaran melain karakter itu ada karena keterpaksaan sekedar menggugurkan kewajiban, pernahkah kita berfikir bahwa anak itu mungkin salah dalam belajar sesuatu namun mereka tidak pernah salah dalam meniru figur yang dia lihat setiap hari
marilah para penggerak dan pelaku pendidikan yang mengaku menerapkan pendidikan karakter teruslah berintrospeksi diri apakah SAYA SUDAH BENAR DALAM BERSIKAP. koreksi terus dan berusaha terus itu lebih baik daripada hanya berkata-kata dengan melupakan sikap sehari-hari kita
#anakku
#jember13072014

Tidak ada komentar:
Posting Komentar