Oleh
Siti Qomariyah Spd
Guru
PAUD Terpadu Al Furqan
Sentra
Sentra secara sederhana bisa diartikan sebagai wadah
yang disiapkan guru bagi kegiatan bermain anak. Sentra memberikan kesempatan
kepada anak untuk membangun kemampuan klasifikasi melalui serangkaian aktifitas
yang menggunakan benda-benda atau mainan konkret. Dengan benda atau mainan
tersebut anak mengenal warna, bentuk dan ukuran. Selanjutnya anak akan belajar
mengenal ciri-ciri, tanda-tanda dan sifat-sifat benda serta kejadian. Kemampuan
mengklasifikasi akan terus dibangun saat anak bermain dan beres-beres.
Terbangunnya kemampuan klasifikasi pada hal-hal yang konkret adalah bekal anak
kelak mereka mampu mengklasifikasi hal-hal yang abstrak, mampu membedakan mana
yang benar dan mana yang salah, serta terbiasa menyikapinya dengan tepat.
Sentra membantu anak mendapatkan referensi bagaimana
anak sanggup melakukan sesuatu sesuai dengan aturan atau yang sering dikenal
hidup yang berdisiplin, anak memahami makna disiplin dengan praktek langsung.
Hal yang membedakan antara pembelajaran dengan
pendekatan sentra dan pembelajaran dengan pendekatan kelas tradisional adalah pengajaran tidak langsung yaitu seorang
guru tidak boleh menyuruh, melarang dan marah kepada anak atau biasa disebut 3M.
Apapun yang dilakukan oleh anak muncul dari anak itu sendiri, orang dewasa
dapat membantunya dengan memberikan pijakan kepada anak. Pendekatan sentra
menekankan pembelajaran yang berpusat pada anak sedang guru sebagai motivator
dan fasilitator (Buku
Sentra, Hal 1-4, Tahun 2010)
Seorang guru
sebagai motivator dan fasilitator dituntut memiliki
pengatahuan yang sangat luas, punya imajinasi yang tinggi, kreatif dan mau
bekerja keras. Guru dengan model pembelajaran sentra di tuntut pula memiliki mobilitas yang tinggi. Guru tidak bisa
hanya duduk santai memperhatikan atau jadi penonton anak didiknya. Guru harus
paham kapan waktunya ” masuk dan keluar “ dalam interaksi main anak sesuai
kebutuhan main saat itu. Guru harus dapat memberikan informasi yang mungkin
dibutuhkan anak berkaitan dengan kebutuhan main mereka. Guru memberi dukungan
yang dibutuhkan anak dengan mnenggunakan
lima skala pendampingan main. Guu
harus dapat memberikan pijakan pada
anak untuk mengikuti urutan kerja, dan
membantu anak untuk konsisten dengan urutan kerja anak dalam bermain sentra.
Seorang guru harus berusaha untuk mendukung keberhasilan anak dalam interaksi
mainnya baik saat main sendiri maupun saat main dengan anak lainnya. Guru
memberi pijakan supaya anak dapat mengembangkan tahapan perkambangan mereka.
Guru harus menguasai macam-macam pertanyaan (Taksonomi pertanyaan) dalam mendampingi anak. Dan seorang guru juga
harus memahami 4 pijakan main yang
sangat penting dan sangat menentukan keberhasilan main anak.
Pembelajaran dengan model sentra banyak memberi manfaat
kepada
guru maupun orang tua. sebagai seorang
guru dengan banyaknya tuntutan seperti tersebut diatas maka secara tidak
langsung ada tuntutan untuk belajar dan terus belajar.
Bermain
Pada awal 1900-an pemikir amerika serikat John Dewey
mendefinisikan main sebagai aktifitas prasadar yang membantu individu
berkembang secara mental dan social. Aktivitas main menyiapkan anak-anak
menjadi orang dewasa yang bisa bekerja secara sehat.
“Sejak
tahun-tahun pertama hidupnya , anak-anak harus ambil bagian dalam bentuk
permainan yang beraturan, karena jika mereka tidak dilingkungi atmosfir seperti
itu, mereka tidak akan pernah bisa tumbuh menjadi warga negara yang berbudi
pekerti luhur”. – Plato, Republik.
Bermain merupakan hal alamiah anak yang merupakan
karunia Tuhan yang harus disyukuri. Bermain yang paling berharga bagi anak akan
membawa pengalaman yang berkesan dimasa depannya. Bermain juga merupakan media
alamiah anak-anak dalam belajar, tumbuh dan berkembang. Dengan bermain anak
–anak dapat memenuhi kebutuhannya dalam bereksplorasi, menemukan, mencoba
berbagai peran, berhubungan dengan orang
lain dan melatih kreatifitas anak.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa anak-anak yang
sukses dalam hidupnya adalah mereka yang masa kecilnya puas dengan bermain.
Piaget mengatakan bahwa melalui bermain anak-anak akan menemukan sendiri ilmu
pengetahuan yang akan menjadi konsep permanen bagi kehidupannya kelak.
Dengan memahami apa arti bermain bagi anak dan
mengapa anak harus bermain maka orang tua setidaknya perlu meluangkan waktu
untuk sekedar bermain dengan anak. Bermain bersama anak memberikan kesempatan
kepada orang tua untuk menanamkan nilai-nilai mulia kehidupan mulai dari
disiplin dan aturan hidup sampai bagaimana cara anak mencari solusi dalam
hidupnya ketika berhadapan dengan konflik dan masalah social. Anak-anak belajar
tanpa mereka sadari ketika bermain menjadi aktifitas dalam hidupnya. Sampai
suatu saat mereka akan menyadari bahwa hidup itu bukan bermain seumur hidup.
Pengalaman dimasa kecil seorang anak akan
berpengaruh terhadap cara berfikir anak selanjutnya misalnya anak usia satu
tahun yang senang sekali memasukkan barang kedalam mulutnya maka respon orang tua
pada umumnya akan melarang secara verbal sambil menarik barang tersebut. Respon
seperti inilah yang akan menjadi pembelajaran bagi si anak. Pengalaman seperti
ini akan menjadi informasi penting dalam otak anak. Ketika anak mulai belajar
berbicara dia akan bertanya banyak hal tapi apa respon orang dewasa atau orang
tua, sebagian besar dari mereka menjawab seadanya atau bahkan yang lebih parah
mereka mengatakan “sudah jangan banyak tanya”. Orang tua kadang tidak menyadari
kalau mereka sudah membunuh keingintahuan
anak, dan akibatnya ketika anak dewasa dia akan malas bertanya, malas belajar
bahkan rasa ingin tahu yang masa kecilnya sangat besar kini tiba-tiba hilang
begitu saja.
Ironisnya banyak orang dewasa bangga terhadap putra
putrinya apabila masih balita sudah pandai melukis, pandai membaca, pandai
berhitung dll. Tapi pernahkah orang tua berfikir merasa bangga ketika putra
putrinya yang masih balita berani berkata pada ibunya “ibu, terimaksih karena
ibu sudah memberikan aku pelukan untuk pekerjaanku hari ini”. Banyak anak-anak
kita yang tumbuh tanpa tertanam dalam sikapnya bagaimana cara berterimaksih,
cara menghormati, cara menyayangi karena yang orang dewasa tanamkan selama ini
adalah hal-hal akademis yang semua diukur dengan nilai angka. Sehingga mereka
merasa menang itu adalah mengalahkan orang lain. Pernahkah orang tua menanamkan
pada putra putrinya arti menghargai sehingga anak tidak akan bangga mengalahkan
orang lain tapi anak akan bangga karena mampu menghargai dan mensyukuri setiap
kemenangan dan kekalahannya.
Guru ataupun orang tua sangat berperan terhadap
keberhasilan anak dimasa depan, sejak saya mempelajari sentra lebih jauh saya
semakin menyadari bahwa anak itu bukanlah manusia mini yang akan menjadi
seperti apa yang kita mau. Dalam buku “mengapa surga di telapak kaki ibu” saya
mengambil sebuah kesimpulan dari buku tersebut bahwa seorang ibu sangat
menentukan bagaimana cara anak menghadapi masa depannya. Ketika melihat anak
yang suka marah maka lihatlah ibunya bagaimana dia mengajarkan kepada anaknya
cara menghadapi masalah. Anak itu peniru dan yang paling besar pengaruhnya
dalam proses peniruan anak adalah orang
tua. sekarang sudah bukan waktunya
orang tua berkata “biarlah anakku apa kata gurunya”. Waktu
anak lebih banyak dengan orang tua atau dirumah, maka bagaimana iteraksi
dirumah menjadi berkualitas supaya anak-anak berkembang sesuai dengan tahapan
yang seharusnya.
Untuk memenuhi kebutuhan bermain anak ada banyak hal
yang bisa orang tua lakukan apabila kita sebagai orang tua maka carilah
pengetahuan sebanyak mungkin bagaimana cara mendampingi anak yang benar.
Jadilah orang tua yang kreatif dan dibanggakan oleh putra putrinya. Berikan
pengalaman yang paling menyenangkan kepada anak supaya semuanya menjadi
pengetahuan untuk bekal anak kelak.
Apabila sekolah maka carilah sekolah yang memberikan
kesempatan kepada anak untuk bermain lebih banyak atau memberikan kesempatan
kepada anak untuk bereksplorasi dan menuangkan idenya dengan berbagai cara dan
kesempatan. Sekolah yang demikian setidaknya adalah sekolah yang menggunakan
metode pembelajaran dengan model sentra.
Hubungan antara sentra
dan bermain sangat erat. Dari buku
sentra yang ditulis oleh ibu Wismiarti pendiri sekolah Al Falah Jakarta yang
secara intensif menerapkan model pembelajaran sentra ada beberapa hal manfaat
bermain dengan model pembelajaran sentra diantaranya :
- Dengan sentra anak diajak kenal aturan sejak dini tanpa paksaan karena aturan itu merupakan kesepakatan termasuk konsekuensi dari aturan yang sudah disepakati.
- Sentra menjadi wadah bagi anak untuk bereksplorasi terarah.
- Sentra membuat anak belajar dengan gembira dan senang.
- Sentra menjadikan pendidikan berorientasi pada kebutuhan anak.
- Prinsip pendidikan anak usia dini yang dirancang dalam bentuk bermain, maka sentra meberikan kesempatan kepada anak bermain yang bermakna.
- Melalui sentra proses pembelajaran dilakukan dengan menempatkan anak pada posisi yang proporsional.
- Melalui pembelajaran sentra anak akan dirangsang untuk secara aktif melakukan kegiatan bermain sambil belajar.
- Kegiatan pembelajaran disentra memberikan kesempatan kepada anak bagaimana anak belajar membuat pilihan dari serangkaian kegiatan, focus pada apa yang dikerjakan dan berusaha menyelesaikan pekerjaan yang dimulai dengan tuntas.
- Kegiatan pembelajaran disentra membantu anak menjadi mandiri, disiplin, mampu bersoaialisasi dan memiliki keterampilan dasar yang berguna bagi kehidupannya kelak.
- Setiap kegiatan yang dilaksanakan disentra dapat membangun berbagai perkembangan atau kecerdasan anak.
- Hal yang terpenting dalam pembelajaran model sentra adalah kegiatan yang dilaksanakan akan memberikan pembelajaran pada anak dengan adanya pijakan dari guru.
Demikianlah sedikit pengetahuan tentang bermain dan sentra. Selayaknya setiap orang dewasa yang dalam kesehariannya
berinteraksi dengan anak-anak terutama anak usia dini belajarlah bermain yang
berkualitas dengan mereka dan pahamilah bagaimana sentra menjadi salah satu
alternative untuk membantu bermain anak dalam mencapai tumbuh kembang mereka
yang lebih optimal. Semoga informasi yang sedikit ini membantu para orang tua
ataupun guru untuk lebih bijak dalam menyikapi tingkah laku putra-putrinya yang
terkadang sangat membutuhkan kesabaran orang tua.