sentra

Jumat, 01 Mei 2015

Sentra dan Bermain



Oleh Siti Qomariyah Spd
Guru PAUD Terpadu Al Furqan

Sentra
Sentra secara sederhana bisa diartikan sebagai wadah yang disiapkan guru bagi kegiatan bermain anak. Sentra memberikan kesempatan kepada anak untuk membangun kemampuan klasifikasi melalui serangkaian aktifitas yang menggunakan benda-benda atau mainan konkret. Dengan benda atau mainan tersebut anak mengenal warna, bentuk dan ukuran. Selanjutnya anak akan belajar mengenal ciri-ciri, tanda-tanda dan sifat-sifat benda serta kejadian. Kemampuan mengklasifikasi akan terus dibangun saat anak bermain dan beres-beres. Terbangunnya kemampuan klasifikasi pada hal-hal yang konkret adalah bekal anak kelak mereka mampu mengklasifikasi hal-hal yang abstrak, mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta terbiasa menyikapinya dengan tepat.

Sentra membantu anak mendapatkan referensi bagaimana anak sanggup melakukan sesuatu sesuai dengan aturan atau yang sering dikenal hidup yang berdisiplin, anak memahami makna disiplin dengan praktek langsung.

Hal yang membedakan antara pembelajaran dengan pendekatan sentra dan pembelajaran dengan pendekatan kelas tradisional adalah pengajaran tidak langsung yaitu seorang guru tidak boleh menyuruh, melarang dan marah kepada anak atau biasa disebut 3M. Apapun yang dilakukan oleh anak muncul dari anak itu sendiri, orang dewasa dapat membantunya dengan memberikan pijakan kepada anak. Pendekatan sentra menekankan pembelajaran yang berpusat pada anak sedang guru sebagai motivator dan fasilitator (Buku Sentra, Hal 1-4, Tahun 2010)

Seorang guru sebagai motivator dan fasilitator dituntut memiliki pengatahuan yang sangat luas, punya imajinasi yang tinggi, kreatif dan mau bekerja keras. Guru dengan model pembelajaran sentra di tuntut pula memiliki mobilitas yang tinggi. Guru tidak bisa hanya duduk santai memperhatikan atau jadi penonton anak didiknya. Guru harus paham kapan waktunya ” masuk dan keluar “ dalam interaksi main anak sesuai kebutuhan main saat itu. Guru harus dapat memberikan informasi yang mungkin dibutuhkan anak berkaitan dengan kebutuhan main mereka. Guru memberi dukungan yang dibutuhkan anak  dengan mnenggunakan lima skala pendampingan main. Guu harus dapat memberikan pijakan pada anak untuk mengikuti urutan kerja,  dan membantu anak untuk konsisten dengan urutan kerja anak dalam bermain sentra. Seorang guru harus berusaha untuk mendukung keberhasilan anak dalam interaksi mainnya baik saat main sendiri maupun saat main dengan anak lainnya. Guru memberi pijakan supaya anak dapat mengembangkan tahapan perkambangan mereka. Guru harus menguasai macam-macam pertanyaan (Taksonomi pertanyaan) dalam mendampingi anak. Dan seorang guru juga harus memahami 4 pijakan main yang sangat penting dan sangat menentukan keberhasilan main anak.

Pembelajaran dengan model sentra banyak memberi manfaat  kepada  guru maupun  orang tua. sebagai seorang guru dengan banyaknya tuntutan seperti tersebut diatas maka secara tidak langsung ada tuntutan untuk belajar dan terus belajar.

Bermain
Pada awal 1900-an pemikir amerika serikat John Dewey mendefinisikan main sebagai aktifitas prasadar yang membantu individu berkembang secara mental dan social. Aktivitas main menyiapkan anak-anak menjadi orang dewasa yang bisa bekerja secara sehat. 

Sejak tahun-tahun pertama hidupnya , anak-anak harus ambil bagian dalam bentuk permainan yang beraturan, karena jika mereka tidak dilingkungi atmosfir seperti itu, mereka tidak akan pernah bisa tumbuh menjadi warga negara yang berbudi pekerti luhur”. – Plato, Republik. 

Bermain merupakan hal alamiah anak yang merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri. Bermain yang paling berharga bagi anak akan membawa pengalaman yang berkesan dimasa depannya. Bermain juga merupakan media alamiah anak-anak dalam belajar, tumbuh dan berkembang. Dengan bermain anak –anak dapat memenuhi kebutuhannya dalam bereksplorasi, menemukan, mencoba berbagai peran, berhubungan  dengan orang lain dan melatih kreatifitas anak. 

Ada pepatah yang mengatakan bahwa anak-anak yang sukses dalam hidupnya adalah mereka yang masa kecilnya puas dengan bermain. Piaget mengatakan bahwa melalui bermain anak-anak akan menemukan sendiri ilmu pengetahuan yang akan menjadi konsep permanen bagi kehidupannya kelak.

Dengan memahami apa arti bermain bagi anak dan mengapa anak harus bermain maka orang tua setidaknya perlu meluangkan waktu untuk sekedar bermain dengan anak. Bermain bersama anak memberikan kesempatan kepada orang tua untuk menanamkan nilai-nilai mulia kehidupan mulai dari disiplin dan aturan hidup sampai bagaimana cara anak mencari solusi dalam hidupnya ketika berhadapan dengan konflik dan masalah social. Anak-anak belajar tanpa mereka sadari ketika bermain menjadi aktifitas dalam hidupnya. Sampai suatu saat mereka akan menyadari bahwa hidup itu bukan bermain seumur hidup.

Pengalaman dimasa kecil seorang anak akan berpengaruh terhadap cara berfikir anak selanjutnya misalnya anak usia satu tahun yang senang sekali memasukkan barang kedalam mulutnya maka respon orang tua pada umumnya akan melarang secara verbal sambil menarik barang tersebut. Respon seperti inilah yang akan menjadi pembelajaran bagi si anak. Pengalaman seperti ini akan menjadi informasi penting dalam otak anak. Ketika anak mulai belajar berbicara dia akan bertanya banyak hal tapi apa respon orang dewasa atau orang tua, sebagian besar dari mereka menjawab seadanya atau bahkan yang lebih parah mereka mengatakan “sudah jangan banyak tanya”. Orang tua kadang tidak menyadari kalau mereka sudah membunuh keingintahuan anak, dan akibatnya ketika anak dewasa dia akan malas bertanya, malas belajar bahkan rasa ingin tahu yang masa kecilnya sangat besar kini tiba-tiba hilang begitu saja.

Ironisnya banyak orang dewasa bangga terhadap putra putrinya apabila masih balita sudah pandai melukis, pandai membaca, pandai berhitung dll. Tapi pernahkah orang tua berfikir merasa bangga ketika putra putrinya yang masih balita berani berkata pada ibunya “ibu, terimaksih karena ibu sudah memberikan aku pelukan untuk pekerjaanku hari ini”. Banyak anak-anak kita yang tumbuh tanpa tertanam dalam sikapnya bagaimana cara berterimaksih, cara menghormati, cara menyayangi karena yang orang dewasa tanamkan selama ini adalah hal-hal akademis yang semua diukur dengan nilai angka. Sehingga mereka merasa menang itu adalah mengalahkan orang lain. Pernahkah orang tua menanamkan pada putra putrinya arti menghargai sehingga anak tidak akan bangga mengalahkan orang lain tapi anak akan bangga karena mampu menghargai dan mensyukuri setiap kemenangan dan kekalahannya.

Guru ataupun orang tua sangat berperan terhadap keberhasilan anak dimasa depan, sejak saya mempelajari sentra lebih jauh saya semakin menyadari bahwa anak itu bukanlah manusia mini yang akan menjadi seperti apa yang kita mau. Dalam buku “mengapa surga di telapak kaki ibu” saya mengambil sebuah kesimpulan dari buku tersebut bahwa seorang ibu sangat menentukan bagaimana cara anak menghadapi masa depannya. Ketika melihat anak yang suka marah maka lihatlah ibunya bagaimana dia mengajarkan kepada anaknya cara menghadapi masalah. Anak itu peniru dan yang paling besar pengaruhnya dalam proses peniruan anak adalah orang tua.  sekarang sudah bukan waktunya orang tua berkata “biarlah anakku apa kata gurunya”.   Waktu anak lebih banyak dengan orang tua atau dirumah, maka bagaimana iteraksi dirumah menjadi berkualitas supaya anak-anak berkembang sesuai dengan tahapan yang seharusnya.

Untuk memenuhi kebutuhan bermain anak ada banyak hal yang bisa orang tua lakukan apabila kita sebagai orang tua maka carilah pengetahuan sebanyak mungkin bagaimana cara mendampingi anak yang benar. Jadilah orang tua yang kreatif dan dibanggakan oleh putra putrinya. Berikan pengalaman yang paling menyenangkan kepada anak supaya semuanya menjadi pengetahuan untuk bekal anak kelak. 

Apabila sekolah maka carilah sekolah yang memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain lebih banyak atau memberikan kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi dan menuangkan idenya dengan berbagai cara dan kesempatan. Sekolah yang demikian setidaknya adalah sekolah yang menggunakan metode pembelajaran dengan model sentra.

Hubungan antara sentra dan bermain sangat erat. Dari buku sentra yang ditulis oleh ibu Wismiarti pendiri sekolah Al Falah Jakarta yang secara intensif menerapkan model pembelajaran sentra ada beberapa hal manfaat bermain dengan model pembelajaran sentra diantaranya :

  1. Dengan sentra anak diajak kenal aturan sejak dini tanpa paksaan karena aturan itu merupakan kesepakatan termasuk konsekuensi dari aturan yang sudah disepakati.
  2. Sentra menjadi wadah bagi anak untuk bereksplorasi terarah.
  3. Sentra membuat anak belajar dengan gembira dan senang.
  4. Sentra menjadikan pendidikan berorientasi pada kebutuhan anak.
  5. Prinsip pendidikan anak usia dini yang dirancang dalam bentuk bermain, maka sentra meberikan kesempatan kepada anak bermain yang bermakna.
  6. Melalui sentra proses pembelajaran dilakukan dengan menempatkan anak pada posisi yang proporsional.
  7. Melalui pembelajaran sentra anak akan dirangsang untuk secara aktif melakukan kegiatan bermain sambil belajar.
  8. Kegiatan pembelajaran disentra memberikan kesempatan kepada anak bagaimana anak belajar membuat pilihan dari serangkaian kegiatan, focus pada apa yang dikerjakan dan berusaha menyelesaikan pekerjaan yang dimulai dengan tuntas.
  9. Kegiatan pembelajaran disentra membantu anak menjadi mandiri, disiplin, mampu bersoaialisasi dan memiliki keterampilan dasar yang berguna bagi kehidupannya kelak.
  10. Setiap kegiatan yang dilaksanakan disentra dapat membangun berbagai perkembangan atau kecerdasan anak.
  11. Hal yang terpenting dalam pembelajaran model sentra adalah kegiatan yang dilaksanakan akan memberikan pembelajaran pada anak dengan adanya pijakan dari guru.

Demikianlah sedikit pengetahuan tentang bermain dan sentra. Selayaknya setiap orang dewasa yang dalam kesehariannya berinteraksi dengan anak-anak terutama anak usia dini belajarlah bermain yang berkualitas dengan mereka dan pahamilah bagaimana sentra menjadi salah satu alternative untuk membantu bermain anak dalam mencapai tumbuh kembang mereka yang lebih optimal. Semoga informasi yang sedikit ini membantu para orang tua ataupun guru untuk lebih bijak dalam menyikapi tingkah laku putra-putrinya yang terkadang sangat membutuhkan kesabaran orang tua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar