sentra

Kamis, 10 Desember 2015

Pengalamanku #6

Kemandirian
ada seorang anak berusia antara 2-3 tahun saat ini dia belajar di kelompok Batita. beberapa pembiasaan yang sedang ditanamkan untuk kelompok batita adalah kemandirian. salah satu contohnya bagaimana anak dapat membuka dan melepas sepatu sendiri. pembiasaan ini dilakukan terus menerus dari awal guru memotivasi prosedur melepas sepatu sampai anak dapat memakai sepatu sendiri. suatu ketika ada seorang anak yang sudah dapat melakukan prosedur tersebut akan tetapi tiba-tiba hari ini dia tidak mau melakukannya. "aku tidak bisa" itu kata-kata yang terus keluar dari mulutnya. sementara sang guru terus memotivasinya dengan sabar. tapi si anak tetap merengek sampai akhirnya menangis dengan tetap bertahan pada ucapannya "aku tidak bisa". sang guru pun terpaksa mengalah dan memberikan sedikit bantuan kepada si anak untuk selanjutnya anak sendiri yang akan menyelesaikan prosedur membuka sepatunya. setelah anak selesai membuka sepatu dan masuk ruangan sang guru penasaran kenapa si anak tadi tidak mau melepas sepatu sendiri padahal sudah dua minggu terakhir ini dia lancar membuka sepatu. guru mengamati sepatu anak, tidak ada yang berbeda dari sepatunya "ini masih tetap sepatu yang biasanya" gumam sang guru.dan tidak ada tanda-tanda yang membuat sepatu ini tidak nyaman untuk dipakai.
sang guru masih terus penasaran kemudian dia masuk kelas dan berusaha mendekati si anak untuk bertanya. sambil melakukan jurnak si anak ditanya sama gurunya. "apakabarmu hari ini nak" anak tidak menjawab hanya menggerakkan tubuhnya memberikan kode bahwa dia sedang sehat."apakah kamu sehat" anak mengangguk. "bagaimana perasaanmu hari ini apakah ada yang membuatmu sedih atau tidak nyaman"
anak kembali menggeleng. berbagai macam model pertanyaaan sudah dicoba sang guru untuk menyelidiki kenapa anak ini berubah tiba-tiba. dari yang biasanya datang dengan ceria lalu membuka sepatu dengan lancar dan seterusnya, tapi kenapa hari ini hal itu semua tidak terlihat.
sang guru yang masih penasaran terus mengamati anak bagaimana cara dia jurnal bagaimana cara dia merespon komunikasi yang sedang diahadapi bahkan bagaimana dia bersikap dengan lingkungannya. sang guru tetap tidak menemukan soslusinya.
kegiatan satu haripun berlalu saat anak-anak mau pulang kembali pengamatanku tertuju pada anak yang tadi tidak bisa membuka sepatu sendiri. ternyata saat akan memakai sepatu dia malah menangis dan berkata dengan kerasnya "aku tidak bisa memakai sepatu" kembali sang guru mendekat sambil berkata dengan lembut "bila kamu tidak bisa bicaralah dengan lembut, ustadah aku perlu bantuan" sang guru lalu memberikan sedikit bantuan seperti yang dia lakukan di pagi harinya. anakpun dengan sedikit menangis dia mulai memakai sepatunya.
hal yang menarik untuk aku amati adalah terkadang orang dewasa salah kaprah dalam menilai dan memberikan batuan pada anak. anak adalah pribadi yang memiliki harga diri. pendampingan orang dewasa harus benar-benar menjaga kwalitas. mulai dari menjaga intonasi suara ekspresi wajah yang wajar sentuhan tubuh yang lembut akan memberikan pengalaman menarik kepada anak sehingga anak akan selalu berfikir positif tentang cara mengatasi masalah dalam hidupnya
marilah mulai membenahi diri menjadi teladan yang baik kepada anak.

10 tahun pernikahan kami

25 januari 2005
Tanggal itu sangat bersejarah dalam kehidupanku
Pada saat didepan waliku seorang laki-laki mengucapkan sumpah dalam kalimat ijab qobul untuk memilihku menemaniku, menjagaku, dan akan membimbingku menggapai ridhoMU
Sejak tanggal itulah aku resmi menjadi istrinya
Dalam kehidupan sebelumnya tak pernah kubayangkan bahwa engkau akan menjadi imamku
Allah sang pemilik jiwaku telah mengatur sedemikian indahnya dengan mempertemukanku dengan laki-laki yang sangat jauh perbedaannya
Mencatat bagaimana tahun-tahun pertama dilalui
Hari-hari pertama pernikahan sangat indah tetapi semua tidak berlangsung lama seminggu setelah pernikahan kami harus mencari rumah tinggal karena uang seadanya maka yang bisa kami lakukan adalah mencari rumah kontrakan.dengan modal seadanya kami akhirnya menemukan rumah kontrakan yang cukup sederhana namun patut kami syukuri.
hari demi hari berlalu aku mulai merasakan ada kehidupan baru dalam hidupku. aku mulai mengandung anak pertamaku dan semua seakan terasa sulit bagaimana tidak ketika akan datang kehidupan baru suamiku belum bekerja dan kami hidup dengan mengandalkan gajiku yang mungkin dalam hitungan matematika manusia jauh dari kata pantas tapi tidak dengan matematika Tuhan.
alhamdulillah masa sulit kehamilan anak pertama ku lalui dengan ijin Allah.
saat-saat kelahiran anak pertama
ketika tanda-tanda kelahiran mulai aku rasakan saat itulah masalah kembali muncul aku harus ke bidan sementara aku tidak punya uang sama sekali. namun masa sulit itu pun berlalu ketika semua sudah kupasrahkan pada yang memiliki hidupku. anak pertama kami lahir dengan berat 3,7 kg panjang 52 cm di bidan dekat rumah namanya ibu umi. bayi lucu dan sehat dengan jenis kelamin perempuan ini aku beri nama "Shofiyah Wahdani Annaqsabandiyah". beratnya hidup dengan serba seadanya terkadang membuat air mata ini sering jatuh tanpa disadari. saat menikmati pulasnya bayi mungil dalam dekapanku aku selalu berjanji dalam hati "nak, kehidupanmu kelak akan jauh lebih baik daripada kehidupan umi" "kau akan menjadi orang sukses yang akan selalu menjadi kebanggaan kami dan agamamu"
semua tentang rasa sulit dan ketidak berdayaan kujalani semampu usaha yang kami lakukan. sampai suatu ketika anakku berusia 10 bulan dia harus opname karena sakit muntaber saat itu terasa betapa sakitnya karena kesedihan melihat putri kecilku tak berdaya dengan selang infus ditangannya. namun air mata itu terbayar saat ada seorang kurir datang mencari suamiku untuk mengantarkan surat panggilan dari sebuah perusahaan daerah dikota kami.
sujud syukurku yang tiada tara Ya Allah semua pasti ada hikmahnya ketika kita percaya dengan kekuatan kepasrahan kepadaNya.
sejak saat itu 16 Agustus 2006 suamiku mulai kerja disebuah perusahaan swasta milik daerah yang bergerak dibidang perkebunan. tahun-tahun pertama perjalanan itu butuh berjuang menata hati dan memberi pengertian untuk merubah sebuah pembiasaan baru dan keluar dari pembiasaan yang sudah menjadi paradigma.
alhamdulillah semua sudah berlalu sepuluh tahun semua air mata yang terasa menyedihkan kini mulai menjadi tawa yang menyejukkan melihat tiga permataku tersenyum merayu merajuk memeluk berada dipangkuanku.
Ya Allah semoga semua kebahagiaan ini selalu menjadi bagian terindah dari cerita dalam hidupku
salam sayang untuk suamiku tercinta Abdul Muis SP, salam sayang untuk anak-anakku : "Shofiyah Wahdani Annaqsabandiyah, Sayyidah Rummana, dan Shout Abddurrahman Addahil"
jember, 25 Januari 2015

Jumat, 01 Mei 2015

Sentra dan Bermain



Oleh Siti Qomariyah Spd
Guru PAUD Terpadu Al Furqan

Sentra
Sentra secara sederhana bisa diartikan sebagai wadah yang disiapkan guru bagi kegiatan bermain anak. Sentra memberikan kesempatan kepada anak untuk membangun kemampuan klasifikasi melalui serangkaian aktifitas yang menggunakan benda-benda atau mainan konkret. Dengan benda atau mainan tersebut anak mengenal warna, bentuk dan ukuran. Selanjutnya anak akan belajar mengenal ciri-ciri, tanda-tanda dan sifat-sifat benda serta kejadian. Kemampuan mengklasifikasi akan terus dibangun saat anak bermain dan beres-beres. Terbangunnya kemampuan klasifikasi pada hal-hal yang konkret adalah bekal anak kelak mereka mampu mengklasifikasi hal-hal yang abstrak, mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta terbiasa menyikapinya dengan tepat.

Sentra membantu anak mendapatkan referensi bagaimana anak sanggup melakukan sesuatu sesuai dengan aturan atau yang sering dikenal hidup yang berdisiplin, anak memahami makna disiplin dengan praktek langsung.

Hal yang membedakan antara pembelajaran dengan pendekatan sentra dan pembelajaran dengan pendekatan kelas tradisional adalah pengajaran tidak langsung yaitu seorang guru tidak boleh menyuruh, melarang dan marah kepada anak atau biasa disebut 3M. Apapun yang dilakukan oleh anak muncul dari anak itu sendiri, orang dewasa dapat membantunya dengan memberikan pijakan kepada anak. Pendekatan sentra menekankan pembelajaran yang berpusat pada anak sedang guru sebagai motivator dan fasilitator (Buku Sentra, Hal 1-4, Tahun 2010)

Seorang guru sebagai motivator dan fasilitator dituntut memiliki pengatahuan yang sangat luas, punya imajinasi yang tinggi, kreatif dan mau bekerja keras. Guru dengan model pembelajaran sentra di tuntut pula memiliki mobilitas yang tinggi. Guru tidak bisa hanya duduk santai memperhatikan atau jadi penonton anak didiknya. Guru harus paham kapan waktunya ” masuk dan keluar “ dalam interaksi main anak sesuai kebutuhan main saat itu. Guru harus dapat memberikan informasi yang mungkin dibutuhkan anak berkaitan dengan kebutuhan main mereka. Guru memberi dukungan yang dibutuhkan anak  dengan mnenggunakan lima skala pendampingan main. Guu harus dapat memberikan pijakan pada anak untuk mengikuti urutan kerja,  dan membantu anak untuk konsisten dengan urutan kerja anak dalam bermain sentra. Seorang guru harus berusaha untuk mendukung keberhasilan anak dalam interaksi mainnya baik saat main sendiri maupun saat main dengan anak lainnya. Guru memberi pijakan supaya anak dapat mengembangkan tahapan perkambangan mereka. Guru harus menguasai macam-macam pertanyaan (Taksonomi pertanyaan) dalam mendampingi anak. Dan seorang guru juga harus memahami 4 pijakan main yang sangat penting dan sangat menentukan keberhasilan main anak.

Pembelajaran dengan model sentra banyak memberi manfaat  kepada  guru maupun  orang tua. sebagai seorang guru dengan banyaknya tuntutan seperti tersebut diatas maka secara tidak langsung ada tuntutan untuk belajar dan terus belajar.

Bermain
Pada awal 1900-an pemikir amerika serikat John Dewey mendefinisikan main sebagai aktifitas prasadar yang membantu individu berkembang secara mental dan social. Aktivitas main menyiapkan anak-anak menjadi orang dewasa yang bisa bekerja secara sehat. 

Sejak tahun-tahun pertama hidupnya , anak-anak harus ambil bagian dalam bentuk permainan yang beraturan, karena jika mereka tidak dilingkungi atmosfir seperti itu, mereka tidak akan pernah bisa tumbuh menjadi warga negara yang berbudi pekerti luhur”. – Plato, Republik. 

Bermain merupakan hal alamiah anak yang merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri. Bermain yang paling berharga bagi anak akan membawa pengalaman yang berkesan dimasa depannya. Bermain juga merupakan media alamiah anak-anak dalam belajar, tumbuh dan berkembang. Dengan bermain anak –anak dapat memenuhi kebutuhannya dalam bereksplorasi, menemukan, mencoba berbagai peran, berhubungan  dengan orang lain dan melatih kreatifitas anak. 

Ada pepatah yang mengatakan bahwa anak-anak yang sukses dalam hidupnya adalah mereka yang masa kecilnya puas dengan bermain. Piaget mengatakan bahwa melalui bermain anak-anak akan menemukan sendiri ilmu pengetahuan yang akan menjadi konsep permanen bagi kehidupannya kelak.

Dengan memahami apa arti bermain bagi anak dan mengapa anak harus bermain maka orang tua setidaknya perlu meluangkan waktu untuk sekedar bermain dengan anak. Bermain bersama anak memberikan kesempatan kepada orang tua untuk menanamkan nilai-nilai mulia kehidupan mulai dari disiplin dan aturan hidup sampai bagaimana cara anak mencari solusi dalam hidupnya ketika berhadapan dengan konflik dan masalah social. Anak-anak belajar tanpa mereka sadari ketika bermain menjadi aktifitas dalam hidupnya. Sampai suatu saat mereka akan menyadari bahwa hidup itu bukan bermain seumur hidup.

Pengalaman dimasa kecil seorang anak akan berpengaruh terhadap cara berfikir anak selanjutnya misalnya anak usia satu tahun yang senang sekali memasukkan barang kedalam mulutnya maka respon orang tua pada umumnya akan melarang secara verbal sambil menarik barang tersebut. Respon seperti inilah yang akan menjadi pembelajaran bagi si anak. Pengalaman seperti ini akan menjadi informasi penting dalam otak anak. Ketika anak mulai belajar berbicara dia akan bertanya banyak hal tapi apa respon orang dewasa atau orang tua, sebagian besar dari mereka menjawab seadanya atau bahkan yang lebih parah mereka mengatakan “sudah jangan banyak tanya”. Orang tua kadang tidak menyadari kalau mereka sudah membunuh keingintahuan anak, dan akibatnya ketika anak dewasa dia akan malas bertanya, malas belajar bahkan rasa ingin tahu yang masa kecilnya sangat besar kini tiba-tiba hilang begitu saja.

Ironisnya banyak orang dewasa bangga terhadap putra putrinya apabila masih balita sudah pandai melukis, pandai membaca, pandai berhitung dll. Tapi pernahkah orang tua berfikir merasa bangga ketika putra putrinya yang masih balita berani berkata pada ibunya “ibu, terimaksih karena ibu sudah memberikan aku pelukan untuk pekerjaanku hari ini”. Banyak anak-anak kita yang tumbuh tanpa tertanam dalam sikapnya bagaimana cara berterimaksih, cara menghormati, cara menyayangi karena yang orang dewasa tanamkan selama ini adalah hal-hal akademis yang semua diukur dengan nilai angka. Sehingga mereka merasa menang itu adalah mengalahkan orang lain. Pernahkah orang tua menanamkan pada putra putrinya arti menghargai sehingga anak tidak akan bangga mengalahkan orang lain tapi anak akan bangga karena mampu menghargai dan mensyukuri setiap kemenangan dan kekalahannya.

Guru ataupun orang tua sangat berperan terhadap keberhasilan anak dimasa depan, sejak saya mempelajari sentra lebih jauh saya semakin menyadari bahwa anak itu bukanlah manusia mini yang akan menjadi seperti apa yang kita mau. Dalam buku “mengapa surga di telapak kaki ibu” saya mengambil sebuah kesimpulan dari buku tersebut bahwa seorang ibu sangat menentukan bagaimana cara anak menghadapi masa depannya. Ketika melihat anak yang suka marah maka lihatlah ibunya bagaimana dia mengajarkan kepada anaknya cara menghadapi masalah. Anak itu peniru dan yang paling besar pengaruhnya dalam proses peniruan anak adalah orang tua.  sekarang sudah bukan waktunya orang tua berkata “biarlah anakku apa kata gurunya”.   Waktu anak lebih banyak dengan orang tua atau dirumah, maka bagaimana iteraksi dirumah menjadi berkualitas supaya anak-anak berkembang sesuai dengan tahapan yang seharusnya.

Untuk memenuhi kebutuhan bermain anak ada banyak hal yang bisa orang tua lakukan apabila kita sebagai orang tua maka carilah pengetahuan sebanyak mungkin bagaimana cara mendampingi anak yang benar. Jadilah orang tua yang kreatif dan dibanggakan oleh putra putrinya. Berikan pengalaman yang paling menyenangkan kepada anak supaya semuanya menjadi pengetahuan untuk bekal anak kelak. 

Apabila sekolah maka carilah sekolah yang memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain lebih banyak atau memberikan kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi dan menuangkan idenya dengan berbagai cara dan kesempatan. Sekolah yang demikian setidaknya adalah sekolah yang menggunakan metode pembelajaran dengan model sentra.

Hubungan antara sentra dan bermain sangat erat. Dari buku sentra yang ditulis oleh ibu Wismiarti pendiri sekolah Al Falah Jakarta yang secara intensif menerapkan model pembelajaran sentra ada beberapa hal manfaat bermain dengan model pembelajaran sentra diantaranya :

  1. Dengan sentra anak diajak kenal aturan sejak dini tanpa paksaan karena aturan itu merupakan kesepakatan termasuk konsekuensi dari aturan yang sudah disepakati.
  2. Sentra menjadi wadah bagi anak untuk bereksplorasi terarah.
  3. Sentra membuat anak belajar dengan gembira dan senang.
  4. Sentra menjadikan pendidikan berorientasi pada kebutuhan anak.
  5. Prinsip pendidikan anak usia dini yang dirancang dalam bentuk bermain, maka sentra meberikan kesempatan kepada anak bermain yang bermakna.
  6. Melalui sentra proses pembelajaran dilakukan dengan menempatkan anak pada posisi yang proporsional.
  7. Melalui pembelajaran sentra anak akan dirangsang untuk secara aktif melakukan kegiatan bermain sambil belajar.
  8. Kegiatan pembelajaran disentra memberikan kesempatan kepada anak bagaimana anak belajar membuat pilihan dari serangkaian kegiatan, focus pada apa yang dikerjakan dan berusaha menyelesaikan pekerjaan yang dimulai dengan tuntas.
  9. Kegiatan pembelajaran disentra membantu anak menjadi mandiri, disiplin, mampu bersoaialisasi dan memiliki keterampilan dasar yang berguna bagi kehidupannya kelak.
  10. Setiap kegiatan yang dilaksanakan disentra dapat membangun berbagai perkembangan atau kecerdasan anak.
  11. Hal yang terpenting dalam pembelajaran model sentra adalah kegiatan yang dilaksanakan akan memberikan pembelajaran pada anak dengan adanya pijakan dari guru.

Demikianlah sedikit pengetahuan tentang bermain dan sentra. Selayaknya setiap orang dewasa yang dalam kesehariannya berinteraksi dengan anak-anak terutama anak usia dini belajarlah bermain yang berkualitas dengan mereka dan pahamilah bagaimana sentra menjadi salah satu alternative untuk membantu bermain anak dalam mencapai tumbuh kembang mereka yang lebih optimal. Semoga informasi yang sedikit ini membantu para orang tua ataupun guru untuk lebih bijak dalam menyikapi tingkah laku putra-putrinya yang terkadang sangat membutuhkan kesabaran orang tua.