afeksi
trust (melihat reaksi anak terhadap lingkungan)
memprediksi lingkungan dengan tepat supaya percaya kalau lingkungan itu aman
"anak masuk sekolah sendiri tanpa pengasuh"
"anak langsung bermain saat bertamu kerumah teman"
autonomy (tampilan anak untuk menolong dirinya)
saat anak melakukan sebuah kegiatan
"melepas baju kaos dengan cara mengangkat bagian bawah kaos terlebih dahulu, kemudian mengeluarkan lengannya satu persatu, terakhir melepaskan kaos dari kepala"
"melepas sepatu dengan menggunakan salah satu ujung kaki untuk menekan bagian belakang sepatu"
initiative (tampilan anak yang berkaitan dengan arahan diri, mencari alternatif dan bertanggungjawab pada setiap keputusannya)
saat anak harus memilih kegiatan dan bertanggungjawab terhadap keputusannya
"anak memilih salah satu alat main yang disediakan pada saat bermain sentra"
"anak mencari alternatif alat main lain ketika mainan yang diinginkan sedang digunakan teman"
industry (sebuah proses dalam berusaha, kerja keras dan ketekunan)
melihat cara melakukan, cara berusaha, kerja keras dan ketekunannya
"anak bermain alat pukul yang awalnya dipukul tanpa arah kemudian memukul pada bentuk yang seharusnya"
"ketika anak bermain lego dia menyusun sebuah bentuk sesuai dengan idenya"
"anak menggambar lalu mewarnai sampai selesai"
self concept (kemampuan dalam mengelola dirinya)
bagaimana anak bersikap, bertindak dan mengekspresikan diri
kontrol diri
"anak meminta maaf ketika tahu dirinya bersalah"
percaya diri
"melakukan tugas-tugas sebagai anggota keluarga misalnya anak"
self esteem (harga diri, bahwa setiap anak memiliki kompetensi, memiliki kemampuan)
bagaimana anak menyadari kemampuannya, bagaimana anak tahu kebutuhannya
"ketika anak memanjat ; dari naik satu tangga sampai anak dapat berayun, sehingga dia akan bangga akan keberhasilannya"
kognisi
perception (tindakan mengerti, menafsirkan informasi sensoris guna memberikan gambaran dan pemahaman tentang lingkungan)
kemampuan menanggapi sesuatu
"memperhatikan saat ada sebuah informasi baru di dengar atau dilihat"
physical knowladge (kemampuan mengidentifikasi sebuah benda)
anak mengenali benda dari ciri-cirinya
" menyebutkan ciri-ciri, bentuk, ukuran, warna, tekstur, posisi dari suatu benda"
logical mathematical knowladge (pengetahuan matematika logis)
kemampuan menghubungkan, membandingkan, mengklasifikasi benda dengan benda, kejadian
"anak melakukan eksperimen, dan bereksplorasi dengan benda-benda, dengan kejadian
representational knowladge (kemampuan merepresentasikan pikiran)
"bermain peran, menggambar, melukis, menyusun balok, manik-manik"
critical tinking knowladge (
conventional social knowladge (pengetahuan tentang lingkungan)
kebiasaan dalam lingkungan sosial
"cuci kaki sebelum tidur"
" adab terhadap orang yang lebih tua"
"cara-cara hidup seorang muslim"
bahasa
ketrampilan mendengar
bahasa yang di fahami
bahasa yang ditampilkan
bicara jelas dan lengkap, dengan spok
kontrol bicara
artikulasi, intonasi
membaca
tatacara membaca, penggunaan buku
cara merawat buku
menulis
bentuk tulisan
tatacara menulis
hubungan arti dengan tulisan
representasi tahapan menulis
fisik
body awarenes
percaya diri dalam menggunakan tubuhnya
konsep diri terhadap ruang
mengkombinasi gerakan dengan kordinasi
gross motor
melempar, ketangkasan, keseimbangan
fine motor
belajar lebih jauh dengan gerakan, koordinasi mata dan tangan, kontrol
penglihatan terhadap obyek
kesehatan fisik
kebutuhan sesuai kesehatan "makan dan minum yang sehat'
pengetahuan tentang kesehatan "beraktifitas dalam rutinitas, terpenuhi fisiknya terpenuhi"
sosial
ketrampilan sosial
ketrampilan bermain, sikap2 dalam bermain
sikap sayang, aturan kelas/kelompok
jenis2 interaksi sosial
tahapan interaksi sosial, terlibat dalam hubungan multiple
sosialisasi
cara menyelesaikan masalah"dengan bimbingan"
menggunakan bahasa sosial: konsep benar sosial
tahapan menyelesaikan masalah
membahas tentang ide permainan yang dapat dilakukan oleh orang tua maupun guru dalam mendampingi anak-anak usia dini dari 0 sampai 7 tahun
sentra
Sabtu, 25 Oktober 2014
Selasa, 21 Oktober 2014
pengasuhan
Pola Asuh Untuk Mengoptimalkan Kecerdasan Anak
Orang tua adalah busur, sedangkan anak adalah anak panahnya,” demikian diungkapkan filsuf sekaligus penyair Kahlil Gibran. Ungkapan itu menjelaskan betapa vitalnya posisi orang tua dalam pengasuhan anak. Orang tualah sang penentu arah, apakah anak panah itu melesat cepat, kemudian menancap tepat di sasaran atau justru salah arah. Orang tualah yang mengontrol dan menanamkan nilai-nilai sejak kecil, hingga anak tumbuh dewasa, apakah dia akan baik dan tergali potensinya atau tidak. Oleh karena itu sudah seharusnya kalau setiap orang tua dapat menerapkan pola asuh yang tepat untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak.
A. Pengertian Pengasuhan
Pengasuhan memiliki beberapa definisi atau pengertian, kerap didefinisikan sebagai cara mengasuh anak mencakup yaitu pengalaman, keahlian, kualitas, dan tanggungjawab yang dilakukan orang tua dalam mendidik dan merawat anak, sehingga anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang diharapkan oleh keluarga dan masyarakat dimana ia berada atau tinggal.
Agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, diperlukan dua faktor yang saling berkaitan, yaitu interaksi ibu dan anak secara timbal balik dan pemberian stimulasi. Dengan demikian pengasuhan adalah bentuk interaksi dan pemberian stimulasi dari orang dewasa di sekitar kehidupan anak. Ini berarti anak adalah sebagai penerima stimulus yang kemudian memberikan respon. Stimulus positiflah yang diharapkan berlangsung selama pengasuhan, misalnya dengan mensosialisasikan kata-kata positif yang diperdengarkan kepada nak sejak masih kecil, mengajarkan anak tentang suatu konsep, mensosialisasikan tentang peraturan dan sebagainya. Interaksi juga dapat diberikan dalam bentuk sentuhan, gendongan, ciuman, pujian, dan sebagainya yang mencerminkan ekpreksi emosi pengasuh yang timbal balik antara pengasuh dan anak.
B. Tipe-Tipe Pola Asuh Orang Tua Terhadap Anak
1. Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek terhadap anak. Jadi apa pun yang mau dilakukan anak diperbolehkan seperti tidak sekolah, bandel, melakukan banyak kegiatan maksiat, pergaulan bebas negatif, matrialistis, dan sebagainya.
Biasanya pola pengasuhan anak oleh orangtua semacam ini diakibatkan oleh orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Dengan begitu anak hanya diberi materi atau harta saja dan terserah anak itu mau tumbuh dan berkembang menjadi apa.
Anak yang diasuh orangtuanya dengan metode semacam ini nantinya bisa berkembang menjadi anak yang kurang perhatian, merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan sosialisasi yang buruk, kontrol diri buruk, salah bergaul, kurang menghargai orang lain, dan lain sebagainya baik ketika kecil maupun sudah dewasa.
2. Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras dan kaku di mana orangtua akan membuat berbagai aturan yang saklek harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak. Orang tua akan emosi dan marah jika anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tuanya.
Hukuman mental dan fisik akan sering diterima oleh anak-anak dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin serta menghormati orang-tua yang telah membesarkannya.
Anak yang besar dengan teknik asuhan anak seperti ini biasanya tidak bahagia, paranoid / selalu berada dalam ketakutan, mudah sedih dan tertekan, senang berada di luar rumah, benci orangtua, dan lain-lain. Namun di balik itu biasanya anak hasil didikan ortu otoriter lebih bisa mandiri, bisa menjadi orang sesuai keinginan orang tua, lebih disiplin dan lebih bertanggungjawab dalam menjalani hidup.
3. Pola Asuh Otoritatif
Pola asuh otoritatif adalah pola asuh orangtua pada anak yang memberi kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik dari orangtua. Pola asuh ini adalah pola asuh yang cocok dan baik untuk diterapkan para orangtua kepada anak-anaknya.
Anak yang diasuh dengan tehnik asuhan otoritatip akan hidup ceria, menyenangkan, kreatif, cerdas, percaya diri, terbuka pada orangtua, menghargai dan menghormati orangtua, tidak mudah stres dan depresi, berprestasi baik, disukai lingkungan dan masyarakat dan lain-lain.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerapan Pola Asuh
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua, yaitu:
1. Tingkat Sosial Ekonomi
Orang tua yang berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah lebih bersikap hangat dibandingkan orang tua yang berasal dari sosial ekonomi yang rendah.
2. Tingkat Pendidikan
Latar belakang pendidikan orang tua yang lebih tinggi dalam praktek asuhannya terlihat lebih sering membaca artikel ataupun mengikuti perkembangan pengetahuan mengenai perkembangan anak. Dalam mengasuh anaknya mereka menjadi lebih siap karena memiliki pemahaman yang lebih luas, sedangkan orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan terbatas, memiliki pengetahuan dan pengertian yang terbatas mengenai kebutuhan dan perkembangan anak sehingga kurang menunjukan pengertian dan cenderung akan memperlakukan anaknya denga ketat dan otoriter.
3. Kepribadian.
Kepribadian orang tua dapat mempengaruhi penggunaan pola asuh. Orang tua yang konservatif cenderung akan memperlakukan anaknya dengan ketat dan otoriter.
4. Jumlah anak
Orang tua yang memiliki anak hanya 2-3 orang (keluarga kecil) cenderung lebih intensif pengasuhannya, dimana interaksi antara orang tua dan anak lebih menekankan pada perkembangan pribadi dan kerja sama antar anggota keluarga lebih dperhatikan. Sedangakan orang tua yang memiliki anak berjumlah lebih dari lima orang (keluarga besar) sangat kurang memperoleh kesempatan untuk mengadakan kontrol secara intensif antara orang tua dan anak, karena orang tua secara otomatis berkurang perhatiannya pada setiap anak.
D. Pola Asuh Untuk Meningkatkan Kecerdasan Anak
Kecerdasan anak hingga besar nanti dipengaruhi faktor lingkungan dan pola asuh yang diterimanya. Harus bagaimana agar ia tumbuh cerdas?
- Bebaskan anak mengeksplorasi lingkungan. Lingkungan menjadi sarana luas bagi anak untuk belajar tentang berbagai macam hal. Eksplorasi di alam memicu anak aktif bergerak juga meningkatkan rasa ingin tahu anak terhadap berbagai aspek kehidupan. Dorong anak mengeksplorasi lingkungan yang baru dikenalnya –misalnya sambil menyusuri sungai, ia belajar tentang sifat air yang mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah.
- Ikuti minat anak. Untuk menggali potensi luar biasa di dalam diri anak, beri dukungan penuh pada bidang-bidang yang disukai anak, kalau perlu ikut berlatih dan menjadi teman berlatih yang menyenangkan untuknya.
- Tuturkan pengetahuan tentang dunia dan isinya. Berikan anak fasilitas dan kesempatan untuk mengenal dunia beserta seluruh aspek kehidupan. Ini membuat anak berpandangan terbuka terhadap berbagai berbagai hal ‘baru’ sesuai perkembangan ilmu pengetahuan.
- Bacakan aneka buku pengetahuan secara rutin dengan suara yang keras dan intonasi yang benar. Selain menumbuhkan minat membaca anak, anak juga akan menyerap pengetahuan dari buku untuk menunjang minatnya. Kebiasaan membaca buku juga menanamkan ikatan batin antara Anda dan si kecil.
- Jadilah model yang baik. Anak akan meniru orang tuanya. Maka, orangtua wajib menjadi role model atau panutan terbaik bagi anak –dalam seluruh aspek kehidupan sehari-hari. Tunjukkan minat Anda untuk selalu belajar dan menemukan hal-hal baru yang menarik dan kreatif bersama anak. Tunjukkan dan terapkan pola hidup sehat. Tunjukkan pula sikap menghargai serta empati kepada setiap anggota keluarga, orang lain, serta mahkluk hidup lain.
- Seringlah bertanya kepada anak. Ajukan beberapa pertanyaan kepada anak yang akan memancingnya untuk memberi jawaban berupa penjelasan yang juga merangsangnya untuk adu argumentasi. Atau ajak dia berdiskusi. Anda dapat memulainya dengan menanyakan secara rinci seputar hal-hal yang ia minati atau yang sedang dilakukannya. Selanjutnya, kembangkan untuk menggali jawaban dan pendapat anak terhadap berbagai hal.
- Beri kesempatan mengambil keputusan. Membiasakan anak untuk mengambil keputusan akan melatih anak untuk belajar sebab-akibat serta tanggung jawab. Melatih anak untuk mengambil keputusan juga akan memicu anak untuk belajar berpikir analitis dengan merangkaikan hal-hal yang sudah dipelajari dan dipahaminya.
- Tingkatkan kesempatan bersosialisasi. Semua pengalaman emosional yang diperoleh anak akan mempengaruhi pembentukan jalinan antar sel-sel saraf pada otaknya. Anak butuh kesempatan bersosialisasi seluas-luasnya karena akan memperkaya pengalaman emosional anak, serta sarana untuk belajar mengekspresikan perasaannya. Semakin baik kecerdasan emosional anak, semakin baik pula penyampaian rangsang antar sel-sel saraf pada otaknya.
- Cukupi kebutuhan gizinya. Nutrisi untuk otak, terutama DHA, terbukti berperan dalam perkembangan otak anak pada “periode emas”. Berikan konsumsi jenis makanan kelompok brain food, misalnya makanan sumber protein, untuk meningkatkan kemampuan berkonsentrasi, berpikir dan kewaspadaan.
- Jaga kesehatan anak. Olahraga atau latihan fisik tidak hanya membuat tubuh anak sehat, tapi juga membuat dia cerdas! Sebab, selain sirkulasi oksigen, gula dan zat gizi menjadi lancar ke seluruh tubuh dan otak, juga akan memicu produksi hormon untuk sel saraf (nerve growth factor). Dengan tubuh sehat, anak memiliki kesempatan luas untuk belajar berbagai hal, serta mengeksplorasi potensi kecerdasan dalam dirinya dengan optimal
E. Kesimpulan
Semua orang tua mengharapkan anaknya kelak tumbuh menjadi manusia yang cerdas, bahagia, dan memiliki kepribadian yang baik. Namun, untuk mewujudkan harapan itu, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Orang tua dituntut untuk jeli mengamati perkembangan anak dan tentunya menerapkan pola asuh yang tepat.
Oleh karena itu setiap orang tua harus mengetahui pola asuh asuh yang tepat untuk anak-anaknya. Pola asuh orang tua mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menentukan bagaimana bentuk pribadi anak dimasa depan, oleh sebab itu orang tua harus benar-benar mawas diri dan bersungguh-sungguh dalam menanamkan nilai-nilai kehidupan serta norma-norma yang baik kepada anak melalui pola asuh yang baik dan benar.
#postingan ini saya ambil dari subuah blog yang konsen terhadap pendidikan anak usia dini
Selasa, 16 September 2014
Pengalamanku #5b
pengalaman kali ini akan membahas tentang main bebas di luar. Main bebas di luar banyak sekali ragam kalau di tempat saya dibagi dalam tiga kategori yang pertama adalah main bahan alam, kedua main microplay, dan yang ketiga adalah main tradisional. Setiap kegiatan main sejatinya mengandung tiga unsur yaitu main sensori, main peran dan main pembangunan. Kegiatan main bebas diluar merupakan rangkaian dari proses transisi dipagi hari yang dimulai dari kegiatan jurnal main bebas di dalam dan main bebas diluar. semua kegiatan tersebut bertujuan sama agar anak siap menghadapi kegiatan pembelajaran di sekolah. kegiatan ini walaupun menggunakan istilah main bebas bukan berarti kegiatan ini akan terlepas dari tujuan kita terhadap anak yaitu membangun tahapan perkembangan anak.
Mari kita bahas satu persatu dari tiga kegiatan main bebas diluar.
- Main Bahan Alam : kegiatan ini adalah memberikan kesempatan pada anak yang ingin menuangkan idenya dengan menggunakan bahan yang lebih bervariasi misal menggunakan berbagai macam cat, berbagai macam air dan bahan yang lainnya. informasikan pada anak bahwa main waktu transisi tidak banyak jadi berusahalah tuntas dalam satu pekerjaan namun bila masih ada waktu boleh mencoba alat main yang lain. Anak melakukan pemanasan supaya pada saat main inti tidak kaku. Contoh anak bermain mural ajaklah membangun semua koordinasi tubuhnya supaya apabila di kegiatan initi anak akan masuk sentra persiapan anak sudah memiliki tambahan kemahiran dalam kegiatan otot tangannya sehingga mempermudah anak dalam bermain benda-benda kecil misal pettern play dll
- Main microplay adalah memberi kesempatan kepada anak untuk menggunakan indera perabanya merasakan tekstur, mengkoordinasikan otot tangan dan mata, melatih tentang kepekaan terhadap rangsangan dari luar, kegiatan ini berupa main biji-bijian dan main pasir
- Main tradisional adalah memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar bagaimana interaksi sosial terbangun, mengenal aturan bersama, mengeluarkan rasa kegembiraannya dsb
Ketiga kegiatan tersebut harus mengandung tiga unsur yang diatas dan harus dapat membangun perkembangan anak sesuai tahapan usianya. peran guru akan sangat penting terkait dengan kemampuan guru dalam melakukan skala pendampingan.
Kegiatan main bebas diluar juga membantu anak dalam memenuhi kebutuhan tubuhnya akan vitamin D terutama yang dihasilkan oleh sinar matahari pagi. Kita seharusnya dapat mengajarkan kepada anak bagaimana cara bersyukur atas nikmat sinar matahari yang membantu perkembangan tulangnya. Kegiatan main bebas diluar dapat membantu anak yang memiliki kebutuhan geraknya lebih banyak. Supaya kebutuhan tersebut dapat terpenuhi sesuai kebutuhannya maka anak bisa diajak berlari dihalaman sambil merasakan hangatnya sinar matahari dipagi hari.
Banyak sekali dalam setiap kegiatan anak yang bisa kita amati untuk dijadikan bahan diskusi, bahan belajar ataupun bahan evaluasi untuk guru.
Kita diharuskan melihat anak dari dekat, melakukan penilaian terhadap anak sesuai faktanya yang disebut penilaian otentik (melihat anak secara fakta)
Kita harus menyadari bahwa setiap anak itu unik maka bagaimana supaya anak dan orang tua bekerjasama dalam membangun keunikan tersebut.
#edisimainbebasdiluar
Senin, 15 September 2014
Pengalamanku #5A
Kegiatan bermain bebas merupakan salah satu kegiatan yang menyenangkan bagi setiap anak. Dalam metode pembelajaran sentra main bebas ada dua macam yaitu main besa di dalam dan main bebas di luar. Main bebas di dalam adalah rangkaian kegiatan main yang dilakukan anak pada saat jurnal pagi sebagai transisi dari rumah kesekolah. Banyak sekali manfaat bermain didalam diantaranya adalah berbagi, sayang teman, bicara secara verbal dll. Sikap dan prilaku positif ditanamkan sejak kedatangan anak sehingga saat bermain bebas di dalam akan membantu dalam mempelajari bagaimana mengatasi konflik terutama dengan teman sebaya.
Contoh
Contoh
Untuk
membangun afeksi anak saat bermain bebas didalam ; anak bermain lego dia
mengambil alat main dan memainkannya tiba-tiba datang temannya untuk bergabung
dan berkata "boleh aku main bersamamu", temannya menjawab "boleh", kemudian
terjadilah interaksi antara keduanya mengomunikasikan alat main yang digunakan, diskusi ide main masing-masing beberapa waktu kemudian terjadilah konflik
memperebutkan satu jenis alat main yang keduanya sama-sama menginginkan alat
tersebut mereka saling tarik menarik bahkan saling pukul kemudian keduanya menangis
atau salah satu yang menangis.
Dari
kejadian tersebut apa yang bisa kita lakukan baik untuk pendampingan atau untuk
mendokumentasikan perkembangan anak ?Pertanyaan
itu yang harus kita cari solusi, cara yang tepat supaya kita bisa membantu
mereka mengatasi permasalah ketika terjadi konflik.
hal-hal yang bisa dilakukan misalnya
Datanglah padanya dan tanyakan apa yang
terjadi dengan berusaha tidak memihak pada salah satunya. Berilah
keduanya kesempatan untuk mengungkapkan apa masalahnya sebelum kita menarik
kesimpulan. “apa yang terjadi, apa kalian butuh bantuan, kenapa menangis, dsb”
ajaklah anak mengenali masing-masing permasalahannya dan bagaimana cara yang
terbaik untuk mengatasinya. “alat main ini hanya satu bagaimana supaya mainan
ini bisa dimainkan bersama” ajaklah anak mencari solusi sendiri dalam mengatasi
permasalahannya. “kalau alat mainnya sedang dipegang teman bagaimana caranya
supaya kamu bisa memainkannya juga atau apa yang dilakukan supaya temannya
mengerti bahwa kamu juga ingin alat main ini” Tujuannya agar anak memiliki kemampuan mengenali emosinya, mempelajari dampak dari setiap emosi yang dia tunjukkan.bahkan anak akan tau kapan sebaiknya emosi itu digunakan.
Metode pembelajaran sentra bertujuan membangun 18 sikap 6 domain dan kecerdasan jamak. Dari peristiwa diatas kita jadi tahu ;
- sikap yang dibangun melalui proses bermain tersebut adalah sikap saling menghargai, sabar, kasih sayang dll
- Domain yang dibangun adalah mengenali emosinya, emosi orang lain, dampak dari sebuah emosi dan cara menyalurkan emosi
- Kecerdasan yang akan terbangun adalah cerdas intra dan inter personal, cerdas bahasa
Ini
pelajaran yang bisa kita baca dalam contoh kegiatan sederhana dan sehari-hari, maka dari itu marilah kita bersama-sama membangun perkembangan
anak dengan serius, sehingga tidak ada pelajaran yang terlewat dari setiap
kegiatannya.
Tanamkan dalam pemikiran kita bahwa kita akan membangun 6 domain, 18 sikap dan 7 kecerdasan pada anak
supaya kelak ketika dia harus berada pada kehidupan yang sesungguhnya mereka
sudah bisa menentukan bagimana mereka hidup, cara, atau apa yang akan dilakukan
dalam menghadapi setiap sunnatullah ini.
Yakinlah
sedikit kita berbuat kebaikan maka akan berdampak sangat besar dalam setiap
kehidupannya.
#edisimainbebasdidalam
#bersambung
Pengalamanku #4
ada seorang teman
bertanya kepada saya
“bolehkah recalling
dengan mencatat pengalaman mainnya dikertas”
jawaban saya adalah "jika pertanyaan itu
boleh atau tidak" maka pertanyaan itu tidak bisa saya jawab namun bila
pertanyaan itu sifatnya obsservasi artinya kita dapat melakukan pengamatan
kira-kira apa efek atau apa tujuan dari kegiatan recalling, maka apabila hal
itu sudah dilakukan kita akan tahu bagaimana sebaiknya kegiatan recalling itu
dilakukakan.
Recalling adalah kegiatan dimana anak akan
mengingat kembali pengalaman apa saja tadi yang telah dilakukan selama main
dalam jangka waktu tertentu dan alat apa yang telah digunakan.
Anak menceritakan apa saja yang dilakukan,
pengalaman apa yang paling menarik, dengan siapa dia main, bagaimana
perasaannya main dengan teman dan sebagainya.
Orang tua atau guru harus dapat menyiapkan waktu
yang cukup bagi anak untuk menceritakan pengalaman mainnya.
Adapun beberapa manfaat kegiatan recalling antara
lain :
1.
Anak dapat mengulang
dengan mengingat dan menceritakan kembali pengalaman mainnya
2.
Kegiatan recalling dapat
mengembangkan kemampuan anak dalam membuat deskripsi dari apa yang telah mereka
lakukan
3.
Anak dapat mendengarkan
pengalaman main teman-temannya sehingga mereka dapat menambah ide, gagasan
ataupun pengetahuannya
4.
anak dapat membangun
konsep yang baru maupun yang lebih luas
Dalam recalling ada beberapa sikap yang
terbangun kuat misalnya mendengarkan teman berbicara supaya kita terbiasa fokus, memperhatikan dan menyimpulkan apa maksud dari perkataan teman.
Belajar bagaimana bisa berbicara bergantian,
saling menghargai satu dengan yang lain agar dalam kehidupan nyata
kita terbiasa menghargai orang lain yang sedang berbicara, dan dapat berbicara yang
baik dan benar.
Ada pula hal-hal yang harus diperhatikan orang
tua atau guru bahwa usia anak sangat mempengaruhi bagaimana caranya anak
melakukan recalling, anak yang lebih besar dapat melakukan kegiatan recalling
secara berurutan sedangkan untuk anak yang lebih kecil, kemampuan berbahasanya
terbatas, atau anak yang masih belajar membangun rasa percaya dirinya maka
orang tua atau guru dapat membantu sesuai dengan kebutuhan anak. bantuan yang
kita berikan bisa berupa mencontohkan kalimat atau mengingatkan kegiatan yang
sudah dikerjakan dengan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan kegiatan
yang sudah mereka lakukan
Ada sebuah pernyataan bahwa orang yang cerdas
itu adalah orang yang mampu mendiskripsikan apa yang ada dalam otaknya salah
satu caranya dengan sering anak melakukan recalling.
Ada juga seorang ilmuan yang sangat terkenal
dengan kecerdasannya setelah ditanya kenapa dia begitu hebatnya, begitu
cerdasnya dia hanya menjawab bahwa "saya terbiasa melakukan pengulangan
sepanjang hidup saya" itupun salah satu caranya adalah dengan melakukan
recalling.
Sekarang tugas kita baik orang tua maupun guru
adalah membantu mereka agar terbiasa recalling dari setiap kegiatannya. Apabila
disekolah maka recalling dilakukan setiap mereka selesai bermain disentra atau
pada saat persiapan pulang. Apabila dirumah lakukan reccalling minimal sebelum
tidur akan lebih baik bila saat pulang sekolah juga dilakukan.
Bentuk-bentuk recalling bermacam-macam misal
cukup menceritakan saja atau bisa berupa gambar atau tulisan dll
Apabila kita berharap anak kita berhasil maka
bantulah dia supaya menemukan cara yang benar dan terbaik untuk mencapai
kesuksesan tersebut.
selamat berjuang para ibu dan guru
#edisi recalling
Sabtu, 13 September 2014
Pengalamanku #3
"Hai assalamu'alaikum sayang, apakabar, pagi ya datangnya..." sapaku pada salah satu muridku yang datangnya lebih pagi dari teman-teman bahkan dari ustadzah. Lalu aku menjulurkan tangan untuk berjabat tangan dia membalas sambil malu-malu mencium tanganku "wa'alaikumsalam.." sambil menganggukkan kepala tanda dia memastikan kalau dia datang lebih pagi. "Kenapa kamu datang pagi apakah barangkatnya bersama kakak" tanyaku sambil berusaha menjongkokkan badan agar sejajar dengannya. "iya, aku bareng kakak ngantar kakak dulu ke SD baru ngantar aku ke TK" dia menjelaskan dengan panjang lebar. Aku berusaha merespon dengan wajar dan menganggukkan kepala saat dia bercerita dengan riangnya. "baiklah kalau begitu kamu bisa masuk ruangan dulu dan melakukan jurnal, ustadzah mau absen dulu didepan" aku berusaha menginformasikan apa yang harus kita lakukan. Sambil berlalu dia menuju keruangan dan aku menuju ke depan kantor sekolah. Aku berusaha sesegera mungkin kembali ke ruangan supaya anak-anak yang datang bisa tersambut. "Assalamu'alaikum teman-teman" aku masuk ruangan dan kulihat diruangan sudah ada beberapa anak sedang melakukan jurnal, ada sebagian lain sedang menyiapkan alas dan alat tulisnya untuk melakukan jurnal. Melihat mereka begitu antusias melakukan kesibukan sesampai disekolah ada perasaan bangga dan sekaligus sedih. Apabila saat mereka datang mendapatkan penyambutan yang sangat menyenangkan pastilah efek positif itu sudah dimulai hari ini, akan tetapi hal seperti itu masih jarang dilakukan oleh kita.
Kita masih beranggapan bahwa pembelajaran itu di mulai saat mereka duduk melingkar bersama kita sampai mereka habis tenanganya mendengarkan semua ucapan-ucapan kita sepanjang hari. Kita hampir melupakan saat mereka datang kesekolah membawa mimpi dan cerita yang ingin mereka sampaikan ataupun didengar oleh siapa saja yang dia temui pertamakali disekolah. Maka inilah yang disebut transisi dimana mereka berusaha beralih dari perasaannya dirumah menuju sekolah berusaha masuk pada dunia yang akan dia lalui hari ini.
Anak belajar setiap detik dan anak melakukan proses sepanjang hari. Pengalaman main sejak dia membuka mata sampai memejamkan mata kembali merupakn proses belajar anak. Apapun yang dia alami sepanjang waktu tersebut akan direkam dalam otaknya dan pada saat dia tidur malam akan mengolah data berupa informasi yang sudah didapat sepanjang hari dan memasukkannya sesuai kamar-kamar otaknya. Informasi yang anak terima baik positif maupun negatif semua terekam dan masuk menjadi bahan pengetahuan bagi anak.
Seorang praktisi pendidikan pernah mengatakan pada saya ketika saya mengikuti pelatihan di lembaga yang beliau pimpin bahwa pengalaman hari ini akan diolah saat tidur dan akan di praktekkannya esok hari. Kata-kata esok hari bisa saja besoknya atau satu minggu setelahnya atau satu tahun setelahnya bahkan mungkin 10 - 20 tahun berikutnya. Mengingat pesan itu saya jadi merinding apakah yang sudah saya lakukan hari ini memberikan informasi yang benar terhadap anak.
Apapun yang kita berikan kepada anak akan kita tuai suatu saat nanti dan diminta pertanggungjawabannya.Dewasa nanti dia menjadi apa akan sangat tergantung pada bagaiman proses belajarnya saat usia dini. Sikap prilaku dan pengetahuan yang digunakan saat anak dewasa adalah gambaran pengalamannya melalui proses penyimpanan datanya saat usia balita.
Bersyukurlah bila kita bisa mendampingi mereka dengan berusaha memberikan yang benar.
Menjaga cara bicara, cara bersikap dan cara menginformasikan itu lebih baik dari pada kita banyak bicara tapi tidak bermutu.
Marilah teman-teman pendidik usia berusahalah benar di depan anak-anak, bukan merasa benar di depan mereka. Selamat berjuang para pendidik anak usia dini ini adalah tugas mulia jadi bersyukurlah kita yang ditakdirkan menjadi guru-guru anak-anak yang masih belia ini.
#edisisambutpagidampakdanefeknya
Kita masih beranggapan bahwa pembelajaran itu di mulai saat mereka duduk melingkar bersama kita sampai mereka habis tenanganya mendengarkan semua ucapan-ucapan kita sepanjang hari. Kita hampir melupakan saat mereka datang kesekolah membawa mimpi dan cerita yang ingin mereka sampaikan ataupun didengar oleh siapa saja yang dia temui pertamakali disekolah. Maka inilah yang disebut transisi dimana mereka berusaha beralih dari perasaannya dirumah menuju sekolah berusaha masuk pada dunia yang akan dia lalui hari ini.
Anak belajar setiap detik dan anak melakukan proses sepanjang hari. Pengalaman main sejak dia membuka mata sampai memejamkan mata kembali merupakn proses belajar anak. Apapun yang dia alami sepanjang waktu tersebut akan direkam dalam otaknya dan pada saat dia tidur malam akan mengolah data berupa informasi yang sudah didapat sepanjang hari dan memasukkannya sesuai kamar-kamar otaknya. Informasi yang anak terima baik positif maupun negatif semua terekam dan masuk menjadi bahan pengetahuan bagi anak.
Seorang praktisi pendidikan pernah mengatakan pada saya ketika saya mengikuti pelatihan di lembaga yang beliau pimpin bahwa pengalaman hari ini akan diolah saat tidur dan akan di praktekkannya esok hari. Kata-kata esok hari bisa saja besoknya atau satu minggu setelahnya atau satu tahun setelahnya bahkan mungkin 10 - 20 tahun berikutnya. Mengingat pesan itu saya jadi merinding apakah yang sudah saya lakukan hari ini memberikan informasi yang benar terhadap anak.
Apapun yang kita berikan kepada anak akan kita tuai suatu saat nanti dan diminta pertanggungjawabannya.Dewasa nanti dia menjadi apa akan sangat tergantung pada bagaiman proses belajarnya saat usia dini. Sikap prilaku dan pengetahuan yang digunakan saat anak dewasa adalah gambaran pengalamannya melalui proses penyimpanan datanya saat usia balita.
Bersyukurlah bila kita bisa mendampingi mereka dengan berusaha memberikan yang benar.
Menjaga cara bicara, cara bersikap dan cara menginformasikan itu lebih baik dari pada kita banyak bicara tapi tidak bermutu.
Marilah teman-teman pendidik usia berusahalah benar di depan anak-anak, bukan merasa benar di depan mereka. Selamat berjuang para pendidik anak usia dini ini adalah tugas mulia jadi bersyukurlah kita yang ditakdirkan menjadi guru-guru anak-anak yang masih belia ini.
#edisisambutpagidampakdanefeknya
Jumat, 12 September 2014
Pengalamanku #2
Bermain air adalah salah satu jenis main yang sangat fantastis, jenis main yang sangat digemari oleh anak-anak. Diantara kegiatan yang dilakukan berhubungan dengan air adalah bermain kosong isi atau menuang atau mengisi dan mengosongkan. Permainan ini biasanya dilakukan dengan cara bermain air menggunakan beberapa alat misalnya botol bekas air mineral dengan berbagai ukuran, busa, gelas, cangkir, corong dll. Banyak hal yang bisa anak lakukan misal mengisi penuh botolnya lalu menuangnya kembali hal ini dilakukannya berulang-ulang. namun kegiatan ini akan semakin menarik ketika sedikit demi sedikit air yang mereka mainkan mulai membasahi bajunya. Anak-anak akan tertawa dan semakin dia asyik maka semakin basah baju yang mereka gunakan. Bahkan yang terkadang membuat orang dewasa menggeleng-gelengkan kepala adalah ketika mereka mulai memasukkan kakinya kedalam bak air yang semula dijadikan sebagai alat main menuang dan mengisi dan puncaknya mereka akan mengangkat bak airnya lalu menuangkan kebadan mereka. Sambil tertawa riang anak mengamati tubuhnya yang masih memakai baju dengan kondisi yang basah kuyup.
Pertanyaannya sekarang apa reaksi orang dewasa yang mengamati atau berada disampingnya. terbayang wajah kanget antara ingin marah atau bahkan bereaksi spontan "aduh kenapa sih airnya kamu tuang kebadan" atau "ibu tadi kan udah bilang jangan dituang ke badan" atau "coba lihat bajumu apa yang kamu rasakan..." dst. Berbagai macam reaksi pasti dialami orang dewasa yang mendampingi. Tapi pernahkah kita berfikir apa yang mereka alami saat itu adalah sebuah proses berfikir yang akan membatu memenuhi kebutuhan pengetahuannya.
Saat mereka menuang atau mengisi botol lalu menuangnya kembali maka ada sebuah proses berfikir bahwa air akan mengisi ruang, saat air mulai membasahi bajunya anak mulai berfikir tentang sains bagaimana air merambat dan masih banyak lagi hal yang mereka terima.
Lalu pertanyaannya lagi sudahkah kita melihat hal itu. Orang dewasa seharusnya dapat menjadi sumber ilmu yang tepat saat mendampingi mereka misalnya lakukan skala pendampingan yang tepat dan gunakan taksonomi pertanyaan yang benar. Proses belajar anak banyak dilakukan melalui uji coba, meniru dan mengulang-ulang apabila proses itu dilalui dengan nyaman maka kemampuan dan potensi yang ada dalam diri anak akan terasah secara otomatis. Secara tidak langsung kita sudah menciptakan profesor junior.
Belajar menghilangkan sebuah pemikiran bahwa permainan anak-anak itu sederhana dan apa adanya. Karena apabila itu yang terjadi maka anak-anak hanya akan main-main saja tanpa mendapatkan apa-apa.
Melalui bermainlah mereka belajar banyak hal tentang dunia ini. Melalui bermain pula mereka belajar untuk hidup. anak yang sukses dalam hidupnya adalah mereka yang mampu mengatasi segala permasalahan hidupnya. Untuk mencetak anak yang demikian maka seriuslah dalam mendampingi anak dan berikan pelayanan yang terbaik, cari tahu terus ilmunya supaya kita tidak dan ketinggalan. Belajar belajar dan terus belajar.
#bermainair
#12sept2014
Pertanyaannya sekarang apa reaksi orang dewasa yang mengamati atau berada disampingnya. terbayang wajah kanget antara ingin marah atau bahkan bereaksi spontan "aduh kenapa sih airnya kamu tuang kebadan" atau "ibu tadi kan udah bilang jangan dituang ke badan" atau "coba lihat bajumu apa yang kamu rasakan..." dst. Berbagai macam reaksi pasti dialami orang dewasa yang mendampingi. Tapi pernahkah kita berfikir apa yang mereka alami saat itu adalah sebuah proses berfikir yang akan membatu memenuhi kebutuhan pengetahuannya.
Saat mereka menuang atau mengisi botol lalu menuangnya kembali maka ada sebuah proses berfikir bahwa air akan mengisi ruang, saat air mulai membasahi bajunya anak mulai berfikir tentang sains bagaimana air merambat dan masih banyak lagi hal yang mereka terima.
Lalu pertanyaannya lagi sudahkah kita melihat hal itu. Orang dewasa seharusnya dapat menjadi sumber ilmu yang tepat saat mendampingi mereka misalnya lakukan skala pendampingan yang tepat dan gunakan taksonomi pertanyaan yang benar. Proses belajar anak banyak dilakukan melalui uji coba, meniru dan mengulang-ulang apabila proses itu dilalui dengan nyaman maka kemampuan dan potensi yang ada dalam diri anak akan terasah secara otomatis. Secara tidak langsung kita sudah menciptakan profesor junior.
Belajar menghilangkan sebuah pemikiran bahwa permainan anak-anak itu sederhana dan apa adanya. Karena apabila itu yang terjadi maka anak-anak hanya akan main-main saja tanpa mendapatkan apa-apa.
Melalui bermainlah mereka belajar banyak hal tentang dunia ini. Melalui bermain pula mereka belajar untuk hidup. anak yang sukses dalam hidupnya adalah mereka yang mampu mengatasi segala permasalahan hidupnya. Untuk mencetak anak yang demikian maka seriuslah dalam mendampingi anak dan berikan pelayanan yang terbaik, cari tahu terus ilmunya supaya kita tidak dan ketinggalan. Belajar belajar dan terus belajar.
#bermainair
#12sept2014
Kamis, 11 September 2014
Pengalamanku #1
Hari ini merupakan pertemuan kesekian kalinya dengan dia, saya belum pernah melihat yang istimewa padanya karena setiap orang yang berinteraksi dengannya selalu kalimat negatif yang muncul. Melihatnya terbayang wajah lugu seorang bocah berusia 4 tahun mudah ngambek saat minta susu tidak segera datang, tiba-tiba menghilang saat ada sesuatu yang menarik perhatiannya, punya energi yang lebih banyak untuk bergerak, suka tersenyum tersipu-sipu apabila kami menyapanya
"assalamu'alaikum teman...apakabar hari ini" sapaku pagi ini ketika kami berpapasan dipintu tengah karena kami berbeda tujuan dia mau ke kelas saya mau ke kantor untuk absen.
Ternyata sapaan yang saya lakukan pagi tadi sangat berdampak pada perasaannya terhadap saya. Dia lebih nyaman masuk kelas balok dia menyapaku dengan ramah pula
Proses pembukaan sentra berjalan seperti biasa teman kecilku yang satu ini mulai mencari-cari perhatian, mulai mengobrol dengan teman dekatnya, mulai gelisah dalam duduk.
Saya menyapa dan menanyakan perasaannya tapi dia hanya dengan tersenyum berusaha meresponku dengan baik. Saya mulai berfikir wah ini tidak bisa berlama-lama memberikan pijakan akhirnya saya mulai menuju pada tahap selanjutnya yaitu mengenalkan nama balok dan cara mempergunakannya menjadi sebuah bangunan. Setelah selesai saatnya anak-anak bermain balok, dengan memilih alas sesuai keinginan anak maka mulailah mereka bermain banyak ide yang berusaha mereka tuangkan dalam bentuk bangunan dari bentuk-bentuk balok.
waktu berjalan beberapa menit saya terus memotivasi anak-anak agar mereka dapat belajar fokus pada pekerjaannya. belajar bagimana fokus diatas alas, belajar merepresentasikan dengan tepat tentang ide membangunnya sesuai paengalaman yang mereka rasakan.
Tiba-tiba dari ujung ruangan muncul suara riang melaporkan hasil pekerjaannya "Bu aku sudah selasai", "Alhamdulillah...", "Apa idemu hari ini" "aku membuat garasi tapi tinggi", "oya setinggi apa", "setinggi hotel bu...", "o, kalau begitu ada berapa lantai", dia mulai berhitung "satu, dua, tiga, empat, lima", "ada lima lantai bu..", "alhamdulillah kamu sudah menghitung jumlah lantai pada bangunanmu", "kalau ada lima lantai, apasaja yang ada pada tiap lantai", dia kembali menjawab dengan antusias ", "dibawah sendiri garasi, lantai kedua rumah polisi, lantai ketiga toko, lantai ke empat rumahku, lantai kelima tempat aku bermain dan diatas sendiri ada tembak yang berguna untuk menjaga bangunan ini", aku tersentak tak pernah terbayang di benakku anak usia 4 tahun mampu menceritakan ide membangunnya secara detail. "alhamdulillah terimakasih informasi tentang bangunanmu selamat bekerja kembali ibu mau menyapa temanmu yang lain "Sungguh pengalaman hari ini sangat berkesan, dalam hati kecilku berdoa semoga Allah menuntunku untuk selalu istiqomah dan memberi yang terbaik", "terimakasih pangeran kecilku atas pengalaman hari ini untukku" "ternyata hari ini kamu bisa tunjukkan padaku bahwa kamu istimewa", "ibu yakin jika kamu terus mengasah pengetahuanmu tentang bangunan maka ibu yakin suatu saat kamu bisa menjadi insinyur yang hebat yang akan membangun negara indonesia dengan ide-ide cemerlangmu"
Pengalaman ini adalah contoh sebagian kecil interaksi kita dengan anak-anak, banyak hal menarik dan positif yang anak-anak ajarkan kepada kita, yang terpenting belajarlah melihat yang positif pada setiap hal yang kita anggap negatif. belajarlah melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang, belajarlah mengeluarkan apa yang ada dalam pikiran kita dengan otentik tidak asumsi dan memberikan label.
"Marilah bantu menyelamatkan anak-anak kita dari korban tekanan orang dewasa, biarkan dia berkembang sesuai dunianya, berilah apa yang mereka butuhkan jangan paksa mereka menerima apa yang kita inginkan"
#edisi bersama A5 Paud Terpadu Al-Furqan
#jember11september2014
"assalamu'alaikum teman...apakabar hari ini" sapaku pagi ini ketika kami berpapasan dipintu tengah karena kami berbeda tujuan dia mau ke kelas saya mau ke kantor untuk absen.
Ternyata sapaan yang saya lakukan pagi tadi sangat berdampak pada perasaannya terhadap saya. Dia lebih nyaman masuk kelas balok dia menyapaku dengan ramah pula
Proses pembukaan sentra berjalan seperti biasa teman kecilku yang satu ini mulai mencari-cari perhatian, mulai mengobrol dengan teman dekatnya, mulai gelisah dalam duduk.
Saya menyapa dan menanyakan perasaannya tapi dia hanya dengan tersenyum berusaha meresponku dengan baik. Saya mulai berfikir wah ini tidak bisa berlama-lama memberikan pijakan akhirnya saya mulai menuju pada tahap selanjutnya yaitu mengenalkan nama balok dan cara mempergunakannya menjadi sebuah bangunan. Setelah selesai saatnya anak-anak bermain balok, dengan memilih alas sesuai keinginan anak maka mulailah mereka bermain banyak ide yang berusaha mereka tuangkan dalam bentuk bangunan dari bentuk-bentuk balok.
waktu berjalan beberapa menit saya terus memotivasi anak-anak agar mereka dapat belajar fokus pada pekerjaannya. belajar bagimana fokus diatas alas, belajar merepresentasikan dengan tepat tentang ide membangunnya sesuai paengalaman yang mereka rasakan.
Tiba-tiba dari ujung ruangan muncul suara riang melaporkan hasil pekerjaannya "Bu aku sudah selasai", "Alhamdulillah...", "Apa idemu hari ini" "aku membuat garasi tapi tinggi", "oya setinggi apa", "setinggi hotel bu...", "o, kalau begitu ada berapa lantai", dia mulai berhitung "satu, dua, tiga, empat, lima", "ada lima lantai bu..", "alhamdulillah kamu sudah menghitung jumlah lantai pada bangunanmu", "kalau ada lima lantai, apasaja yang ada pada tiap lantai", dia kembali menjawab dengan antusias ", "dibawah sendiri garasi, lantai kedua rumah polisi, lantai ketiga toko, lantai ke empat rumahku, lantai kelima tempat aku bermain dan diatas sendiri ada tembak yang berguna untuk menjaga bangunan ini", aku tersentak tak pernah terbayang di benakku anak usia 4 tahun mampu menceritakan ide membangunnya secara detail. "alhamdulillah terimakasih informasi tentang bangunanmu selamat bekerja kembali ibu mau menyapa temanmu yang lain "Sungguh pengalaman hari ini sangat berkesan, dalam hati kecilku berdoa semoga Allah menuntunku untuk selalu istiqomah dan memberi yang terbaik", "terimakasih pangeran kecilku atas pengalaman hari ini untukku" "ternyata hari ini kamu bisa tunjukkan padaku bahwa kamu istimewa", "ibu yakin jika kamu terus mengasah pengetahuanmu tentang bangunan maka ibu yakin suatu saat kamu bisa menjadi insinyur yang hebat yang akan membangun negara indonesia dengan ide-ide cemerlangmu"
Pengalaman ini adalah contoh sebagian kecil interaksi kita dengan anak-anak, banyak hal menarik dan positif yang anak-anak ajarkan kepada kita, yang terpenting belajarlah melihat yang positif pada setiap hal yang kita anggap negatif. belajarlah melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang, belajarlah mengeluarkan apa yang ada dalam pikiran kita dengan otentik tidak asumsi dan memberikan label.
"Marilah bantu menyelamatkan anak-anak kita dari korban tekanan orang dewasa, biarkan dia berkembang sesuai dunianya, berilah apa yang mereka butuhkan jangan paksa mereka menerima apa yang kita inginkan"
#edisi bersama A5 Paud Terpadu Al-Furqan
#jember11september2014
Minggu, 13 Juli 2014
Disiplin With Love
![]() | |
| Adik pertama sekolah |
lembaga pendidikan yang demikian sangat saya idamkan jadi anak-anak sekolah tanpa tekanan dia belajar karena kebutuhan bukan paksaan, datang kesekolah dengan riang bukan dengan muram. hari-harinya indah disekolaha seperti kisah "si totto chan"
tatkala anakku yang pertama harus masuk kesebuah lembaga pendidikan yang lumayan favorit menurut masyarakat sekitarku dan fullday aku tidak banyak protes aku berusaha menyiapkan semua kebutuhan mentalnya bagaimana dia akan menjalani hari-harinya yang panjang dilembaga tersebut. tahun pertama di bulan awal-awal aku masih tenang makin bertambah bulan mulai gelisah ada beberapa prinsip yang terkadang berlawanan dengan hati kecilku tapi aku berusaha positif thinking. satu tahun berlalu saat aku harus mengambil hasil evaluasi belajarnya selama satu tahun. walau mungkin masih jauh dari harapan setidaknya aku masih punya kesempatan untuk mengungkapkan keinginanku terhadap pendidikan anakku. gurunya hanya tersenyum dan sepertinya berusaha mengerti apa yang aku maksudkan.
kini sudah masuk tahun ke 3 saat anakku yang ke 2 masuk sekolah yang sejenis dengan kakaknya tetapi kali ini aku sedikit lebih was-was karena anakku masuk dilembaga yang berbeda dengan kakak walau jenisnya mirip. kehawatiran ku berawal dari cerita-cerita yang berkembang diantara teman-temanku karena anaknya sekolah di tempat itu, opini-opini sedikit negatif mulai aku dengar walau aku masih belum pernah mengalami atau melihat sendiri. aku mulai hawatir apakah lembaga ini tepat untuk adik tapi jujur aku tidak punya pilihan karena dilembaga ini pula aku bekerja.
issu yang sangat menggangguku adalah berkaitan dengan proses pendisiplinan terhadapa anak. bagaimana aku tidak hawatir aku berusaha belajar membuat sebuat kediplinan itu menyenangkan bukan tekanan atau paksaan tapi apa yang terjadi hal yang terkadang dianggap sepele bagi orang dewasa lalu dijadikan hal yang luar biasa bagi seorang anak yang terkadang malah memberikan kesempatan kepada orang dewasa menerapkan disiplin untuk orang dewasa.
anak umur 6 tahun menghadapi sebuah cara disiplin yang kasar, dengan mendapat tekanan sana sini dan seandainya dia bisa protes seperti si ahed anak palestina pasti dia kan bicara kenapa kau hukum aku hanya karena aku menoleh atau bicara sedikit saat kegiatan berlangsung, aku butuh bergerak bereksplorasi kalu saat ini saja aku sudah senantiasa hidup dalam tekanan lalu aku harus menekan siapa?
kita sudah tidak hidup dijaman batu ketika semua serba ditekan, sekarang sudah modern saatnya kita senantiasa update bagaimana mereka disiplin karena kesadaran bukan karena tekanan
salah satu kegagalan pendidikan yang katany berbasis karakter tak lebih karena kita tidak bisa membangun karakter itu hadir karena kesadaran melain karakter itu ada karena keterpaksaan sekedar menggugurkan kewajiban, pernahkah kita berfikir bahwa anak itu mungkin salah dalam belajar sesuatu namun mereka tidak pernah salah dalam meniru figur yang dia lihat setiap hari
marilah para penggerak dan pelaku pendidikan yang mengaku menerapkan pendidikan karakter teruslah berintrospeksi diri apakah SAYA SUDAH BENAR DALAM BERSIKAP. koreksi terus dan berusaha terus itu lebih baik daripada hanya berkata-kata dengan melupakan sikap sehari-hari kita
#anakku
#jember13072014
Langganan:
Komentar (Atom)

