membahas tentang ide permainan yang dapat dilakukan oleh orang tua maupun guru dalam mendampingi anak-anak usia dini dari 0 sampai 7 tahun
sentra
Selasa, 31 Maret 2020
Contoh Kemandirian #2
Kian usianya baru 2 tahun, sudah satu tahun dia belajar bersama kami. Sejak umur 1 tahun orang tuanya sudah menitipkan di sekolah ini. Kian memiliki tubuh yang sedikit berisi, karena mau di bilang gemuk, tidak terlalu gemuk dan mau dibilang kurus badannya padat berisi.
Saat itu dia sedang bermain bebas di atas alas berwarna hijau yang dihiasi gambar ikan laut. Ada beberapa troli yang berisi alat main. Troli berwarna hijau di samping depan bertuliskan lego kecil, itu artinya troli itu seharusnya berisi mainan lego dengan ukuran kecil. Namun yang terjadi adalah troli itu nampak kosong, semua lego tercecer di mana-mana.
Beberapa menit kemudian ibu guru datang mengahmpiri.
“Kian, kenapa trolinya kosong,” ibu menunjuk troli yang sudah kosong.
Kian bocah berusia 2 tahun itu hanya tersenyum dan melihat ke arah troli lalu memutar pandangannya ke arah beberapa tempat di sudut ruangan itu. Dia melihat lego-lego kecil yang berserakan di lantai.
Kian hanya tersenyum melihat ibu guru yang terus memperhatikannya.
“Ibu melihat legonya berantakan di lantai, maukah kamu membantu ibumerapikan kembali ke tempatnya,” ibu guru mulai melangkah dan memungut satu persatu lego itu.
Kian hanya melihat ibu guru yang memunguti lego.
“Teman-teman siapa yang mau balapan sama ibu, untuk membereskan lego ini,” ibu guru mengalihkan perhatiannya kepada anak lain. Dia punya cara untuk membangun tanggungjawab Kian dengan cara memotivasi melalui anak lain.
“Aku, Bu!” teriak beberapa anak. Kemudian mereka berlomba untuk mengambil lego yang tercecer. Kian mulai tertarik dia ikut berlari mengambil lego-lego itu.
Begitulah cara-cara yang bisa kita lakukan,. Pada umumnya anak-anak tidak mau di perintah, namun mereka akan senang bila di beri kepercayaan. Itu yang di lakukan ibu guru, memberinya kepercayaan, kesempatan dan motivasi secara tidak langsung. Sehingga suatu saat dengan modal rasa percaya diri itulah mereka akan tumbuh dan berkembang semua kemampuan kemandiriannya.
Semoga bermanfaat.
Salam literasi
Jember, 31 Maret 2020
Senin, 30 Maret 2020
Contoh Perilaku Kemandirian
Contoh-contoh anak yang belajar mandiri
Namanya Shaut usianya baru 4 tahun. Dia sudah mengikuti kegiatan sekolah di salah satu PAUD di dekat rumahnya.
Suatu hari tiba-tiba dia berlari ke kamar mandi tanpa sepengetahuan gurunya. Dia melapas celananya lalu masuk ke kamar mandi. rupanya dia sedang buang air kecil atau BAK. Setelah menyiram air kecingnya di lantai kemudian dia menyiram kemaluannya.
Beberapa saat kemudia dia sudah bergabung kembali dengan teman-temannya yang sedang bermain bersama di halaman sekolah. Dia kembali bergabung dan ikut berlari saat temannya bermain kejar-kejaran.
Ibu guru sedang berada di dalam ruangan karena menata alat main yang akan digunakan anak-anak setelah melakukan main bebas di halaman. Beberapa saat kemudianibu guru datang menghampiri mereka.
“Bagaimana mainnya, apakah kalian bahagia,” Ibu guru menyapa anak anak yang sedang meluncur dari perusutan.
“Iya Bu,” lalu mereka berlari lagi menuju tangga mejemuk di belakang perusutan.
“Bu, tadi aku ke kamar mandi,” Shaut berlari mendekati Ibu guru.
“Oya...lalu,” Ibu guru antusias merespon cerita Shaut.
“Aku membuka celana, lalu masuk ke kamar mandi, aku buang air kecilnya dengan duduk, setelah itu kencingnya disiram, baru aku menyiram kemaluannku,” cerita Shaut dengan runtut.
“Alhamdulillah Shaut sudah mandiri, buang air kecilnya sudah bisa sendiri ke kamar mandi,” jawab ibu guru dan memberikan pujan atas keberhasilan Shaut buang air kecil sendiri.
Kemudian mereka masuk ruangan untuk mengikuti kegiatan selanjutnya.
***
Di lain waktu Shaut tiba-tiba berlari dari dalam ruangan. Teman-temannya merasa heran melihat Shaut yang terburu-buru.
“Shaut mau kemana, kenapa kamu terburu-buru?” temannya bertanya, namun Shaut sibuk mencari sandalnya.
“Aku mau ke kamar mandi, nanti kalau di tanya ibu guru, bilang aku ke kamar mandi ya,” jawab Shaut sambil berlari menuju kamar mandi.
Kali ini berbeda dengan kejadian beberapa hari yang lalu. Shaut membuka sandalnya dan menyegerakan membuka celananya, namun terlambat dia sudah tidak tahan, dan akhirnya hal yang tidak dia inginkan terjadi. Dia buang air besar atau BAB di celananya.
Kemudia dia masuk ke kamar mandi dengan celana separuh lutut. Dia membuka celananya dan sisa BABnya tercecer di lantai kamar mandi, dia mulai gelisah namun tetap berusaha menyelesaikan tanggungjawabnya. Dia menyiram lantai menggunakan air yang mengalir terus dari kran di bagian dinding di sebelah pintu. Maksudnya benar ingin bertanggungjawab namun yang terjadi sebaliknya BABnya malah berantakan di lantai. Shaut mulai menangis samabil terus menyiram celananya yang masih di penuhi BAB.
Sementara Ibu guru baru menyadari kalau muridnya kurang satu. Dia berdiri dan melongo ke jendela berharap dia melihat Shaut di balik jendela. Namun semua sia-sia, salah satu muridnya kemudia menyampaikan sesuatu pada ibu guru.
“Ibu mencari Shaut ya?” tanya bocah laki-laki yang berdiri di sampingnya.
“Iya, apakah kalian ada yang melihat Shaut?” tanya ibu guru membalikkan badan untuk mencari kemungkinan salah satu dari mereka melihat Shaut.
“Tadi aku melihat Shaut ke kamar mandi Bu,” bocah itu menjelaskan.
“Ooh, apa kamu melihatnya?”
“Iya Bu,”
“Apakah sudah tadi atau barusan?”
“Sudah tadi Bu saat kegiatan mengaji,” jelasnya.
“Waduh...kok Ibu tidak tahu ya,”
Ibu guru bangkit dari temapat duduknya dan menuju ke kamar mandi. betapa terkejutnya ibu guru melihat Shaut menangis dengan memegang celananya yang penuh dengan BAB. Ibu guru berusaha menenangkan, dia tahu kalau anaknya sedang panik dan merasa bersalah.
“Shaut mau BAB?” dia menanyakan sambil berusaha meyakinkan anak bahwa semua akan baik-baik saja. Shaut menganggukan kepala suara tangisnya mulai terdengar tampak dia menahan suaranya antara takut dan perasaan bersalah.
“Tidak apa-apa, Ibu akan membantumu,” ibu mengambil celana yang masih di tangan Shaut, kemudian menyiram lantai yang banyak BAB tercecer di sana. Setelah itu ibu guru mengambil sambun dan membersihkan tubuh Shaut. Setelah semuanya beres, sambil memakaikan baju ibu bercerita.
“Shaut Ibu tahu kamu ingin berusaha bertanggungja
wab terhadap keperluanmu. Kamu sudah hebat bisa pergi kekamar mandi sendiri, tapi kamar mandi kita kan jauh dari jangkauan ibu maka lain kali kamu bisa memberi tahu ibu terlebih dahulu sebelum ke kamar mandi, ya,”
Itulah yang di lakukan ibu guru dalam membangun kemandirian anak. Berikan kepercayaan kepada anak bahwa dia mampu. Berikan rasa aman sehingga dia merasa nyaman melakukan sendiri, berikan respon yang wajar agar anak tidak panik. Semua ini di lakukan agar dia mau mencoba lagi lain waktu, mungkin saat ini dia gagal siapa tahu di lain waktu itu dia akan berhasil atau kalaupun belum setidaknya dia belajar dari kesalahan yang sudah lalu.
Semoga bermanfaat
Minggu, 29 Maret 2020
Contoh Kegiatan pada Masa Lockdown
|
INDIKATOR KEGIATAN YANG BISA DILAKUKAN ORANG TUA SELAMA MASA LOCKDOWN
menggunakan tema pesawat
|
|
|
Menyebutkan macam-macam kendaraan (3/4.7)
Kegiatannya : ajak anak mengamati berbagai macam
kendaraan melalui buku, gambar atau video, kemudian tanyakan kendaraan apa
saja yang sudah di ketahui anak, bial memungkinkan tanyakan pula apa
ciri-cirinya
|
|
|
Anak dapat
menempel gambar kendaraan (3/4.3)
Bantuan
orang tua : membuat gambar pesawat kemudian potong gambar tersebut sesuai
bagiannya (badan pesawat, sayap, ekor atau baling-balingnya pilih salah satu)
Tugas
anak : menempel atau mengabungkan potongan gambar tadi pada kertas HVs
|
|
|
Bersikap santun (3/4.2)
pengamatannya : anak tebiasa membungkukkan
badan saat lewat di depan orang yang lebih tua
|
|
|
|
|
|
Menyebutkan nama gerakan sholat (3/4.1)
Kegiatannya : ajaklah anak sholat berjamaah
setelah selesai sholat tanyankan gerakan sholat apa saja yang anak ketahui
|
|
|
Membaca berbagai macam buku (3/4.12)
Kegiatannya : sediakan buku yang menarik untuk
dibaca anak, tempatkan di area yang nyaman untuk anak melakukan kegiatan
membaca, berikan pendampingan misalnya dengan bertanya buku apa yang sedang
dibaca, bila memungkinkan ajak anak menceritakan isi buku
|
|
|
Menjaga kerapihan ruangan (2.8)
Pengamatannya anak merapikan mainan yang sudah di
gunakan, atau merapikan bantal saat bangun tidur atau membuang sampah pada
tempatnya
|
|
|
|
|
|
Melafadzkan bacaan sholat (3/4.1)
Kegiatannya : ajaklah anak sholat berjamaah
setelah selesai sholat tanyankan bacaan sholat apa yang anak ketahui
|
|
|
Menyebutkan ciri-ciri pesawat (3/4.6)
Kegiatanya : berikan kesempatan kepada anak
bermain peran aktifitas prosedur naik pesawat setelah selesai bermain peran
tanyakan kepada anak bagaimana ciri-ciri pesawat, apa yang membedakan pesawat
dengan kendaraan yang lain
|
|
|
Terbiasa berperilaku santun (2.14)
Masih
tentang bermain peran : amati bagaimana anak ketika melakukan interaksi apakah
dia mengucapkan terimaksaih setelah mendapatkan bantuan atau menerima sesuatu.
Mengucapkan kata maaf saat tidak sengaja menyakiti orang lain, atau berbicara
lembut dengan siapapun.
|
|
|
|
|
|
Bereksplorasi dengan bahan main untuk membuat pesawat
(3/4.15)
Kegiatannya : ajak anak mencari bahan bekas yang
ada di rumah misalnya bungkus pasta gigi, botol bekas air mineral, kardus
bekas atau apa saja yang ada, kemudian ajak anak membuat pesawat dari bahan
bekas tersebut, cari cara yang paling mudah bagi anak, sediakan selotip dan
gunting. Tunggulah hasil karyanya!
|
|
|
Mengenal perilaku hidup sehat (3/4.4)
Kegiatannya : mengajak anak melakukan cuci tangan
dengan 6 langkah, mengajak anak terbiasa cuci tangan sebelum dan sesudah
kegiatan
|
|
|
Bangga pada hasil karya buatannya (2.4)
Penamatannya
: berikan motivasi kepada anak agar selalu menghargai setiap pekerjaannya,
motivasi anak agar bangga terhadap pekerjaannya.
|
|
|
|
|
|
Mengucapkan kalimat pujian saat melihat sesuatu yang
menakjubkan (1.2)
Kegiatannya : ajak anak melakukan kegiatan olah
raga atau berjemur dalam rangka menangkal virus corona, motivasi anak agar
selalu bersyukur di beri kesempatan untuk menikmati sinar matahari, lalu
ajaklah anak bersyukur dengan mengucapkan kalimat hamdallah, ceritakan
tentang kebesaran Allah lalu ajak anak mengucapkan kalimat-kalimat toyyibah
untuk mengagungkan kebesaran Allah.
|
|
|
Bertanggungjawab
terhadap sesuatu yg dilakukan (2.12)
Kegiatannya memberikan motivasi agar anak merapikan
mainan yang sudah di gunakan, atau merapikan bantal saat bangun tidur atau membawa
piring ke tempat cuci piring setelah melakukan kegiatan makan.
|
|
|
Menjaga kebersihan lingkungan (2.1)
Berikan motivasi : agar anak senang menjaga
kebersihan misalnya dengan membantu mama menyapu, membuang sampah pada
tempatnya atau berlatih memcuci gelas minum yang berbahan plastik.
|
|
|
Senang melakukan uji coba (2.2)
Kegiatannya
: ajak anak melakukan uji coba misalnya membuat pencampuran warna gunakan
bahan yang ada contoh caranya sebagai berikut :
1. Dengan krayon : goreskan krayon warna biru lalu tumpuk
di atasnya warna merah maka akan muncul warna baru, biarkan anak mencoba
berbagai warna
2. Dengan pewarna makanan: teteskan warna merah pada
segelas air lalu teteskan warna kuning maka akan muncul warna apa, biarkan
anak mencoba warna lain
3. Dengan spidol : letakkan ujungspidol warna merah lalu
tambahkan spidol warna kuning amati
warna apa yang muncul
Atau mungkin orang tua punya cara lain untuk
mengajak anak melkukan uji coba
|
|
|
Menirukan
kegiatan senam irama (3/4.3)
Kegiatannya : ajak anak mendengarkan musik biarkan mereka bereksplorasi
misalnya mengikuti gerakannya atau mengikuti syair lagunya, bila memungkinkan
ajak mereka senam sambil mendengarkan musik anak-anak
|
|
|
Menjaga kebersihan lingkungan (2.1)
Berikan motivasi : agar anak senang menjaga
kebersihan misalnya dengan membantu mama menyapu, membuang sampah pada
tempatnya atau berlatih memcuci gelas minum yang berbahan plastik.
|
|
|
|
|
|
Mengenal dan memerankan berbagai macam profesi (3/4.7)
Kegiatannya
: bermain peran, motivasi anak untuk bermain peran kegiatan di bandaradan
pesawat, tawarkan peran yang bisa mereka pilih misalnya pilot, pramugari atau
petugas petugas yang ada di bandara, bila perlu orang tua ikut bermain,
apabila anak terpaksa bermain sendiri maka samapikan saja pijakannya dan
katakan bahwa “kamu bisa menjadi sutradaranya, gunakan benda lain sebagai
pilotnya, pramugarinya atau petugas lain yang ada di bandara” ide main peran
kecil.
|
|
|
Menyebutkan fungsi pesawat (3/4.6)
Setelah
anak bermain ajak anak untuk recalling dengan menanyakan peran yang sudah di
pilih, di pesawat itu ada siapa atau ada apa saja, terakhir tanyakan kalau
begitu pesawat itu untuk apa ya.
|
|
|
Terbiasa berperilaku santun (2.14)
Masih
tentang bermain peran : amati bagaimana anak ketika melakukan interaksi apakah
dia mengucapkan terimaksaih setelah mendapatkan bantuan atau menerima sesuatu.
Mengucapkan kata maaf saat tidak sengaja menyakiti orang lain, atau berbicara
lembut dengan siapapun.
|
|
|
|
|
|
Tertarik mewarnai gambar (3/4.15)
Kegiatannya
: motivasi anak agar menggambar sesuai topik, kemudian ajak mereka mewarnai
gambarnya.
|
|
|
Menulis cerita (3/4.12)
Masih tentang gambar di atas apabila anak bisa
menuliskan ceritanya, maka motivasi anak agar menuliskan sendiri ceritanya.
|
|
|
Melakukan bersih-bersih tubuh secara sederhana ( 3/4.4
)
Ajak
anak untuk terbiasa melakukan bersih-bersih tubuh terutama cuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan aktifitas, ajak anak terbiasa buang air (BAB,
BAK) secara teratur walaupun masih diingatkan.
|
|
|
|
|
|
Tertarik pada ksta-kata baru dan asing (3/4.10)
Kegiatannya ajak anak bermain kata-kata misalnya
tebak gambar, tebak kata, bermain kartu kata, atau meniru tulisan yang di
tempel di tempat-tempat terbuka. Kata-kata yang dikenalkan : pilot, pramugari,
hanggar, bandara, badan pesawat, sayap, ekor, mesin, roda, apron,
arrival,boarding dst
|
|
|
Menceritakan pengalaman atau kejadian secara
sederhana dengan runtut (3/4.11)
Ajak anak menceritakan apasaja yang sudah
dilakukan sema sehari, kegiatan apasaja yang sangat menarik dan ingin
dilkukan lagi. dst
|
|
|
Bersikap koopertif dan toleran
dengan teman/saudara ketika bermain (2.10)
Motivasi
anak agar bersikap kooperatif, ajari bagaimana cara mengatasi konflik dengan
adil. Berikan kesempatan agar anak belajar mengatsi masalahnya sendiri
sebelum orang tua membantu.
|
|
|
|
|
|
Bereksplorasi dengan bahan main untuk membuat pesawat
(3/4.15)
Kegiatannya : ajak anak mencari bahan bekas yang
ada di rumah misalnya bungkus pasta gigi, botol bekas air mineral, kardus
bekas atau apa saja yang ada, kemudian ajak anak membuat pesawat dari bahan
bekas tersebut, cari cara yang paling mudah bagi anak, sediakan selotip dan
gunting. Tunggulah hasil karyanya!
|
|
|
Bangga pada hasil karya buatannya (2.4)
Penamatannya
: berikan motivasi kepada anak agar selalu menghargai setiap pekerjaannya,
motivasi anak agar bangga terhadap pekerjaannya.
|
|
|
Menghargai keunggulan orang lain (2.10)
Motivasi agar anak dapat menghargai pekerjaan
orang lain sekecil apapun, ajak anak agar mampu menghargai lewat ucapan
misalnya karyamu bagus, atau kamu bekerja dengan sungguh-sungguh, wah kamu
berhasil dst
|
Sabtu, 28 Maret 2020
Mendampingi Anak Berlatih Kemandirian
Mendampingi latihan
kemandirian
Setelah kemarin kita belajar tentang upaya melatih kemandirian anak,
sekarang kita akan belajar bagaimana cara mendampingi anak dalam berlatih
kemandirian.
Dalam berlatih kemandirian, anak mungkin mengalami beberapa hambatan
bahkan kesulitan, adakalanya anak akan mengalami frustasi, putus asa bahkan
kecewa. Situasi yang demikian sangat membutuhkan orang-orang dewasa yang ada di
sekitarnya untuk memberikan penguat dan rasa percaya.
Menjadi orang tua memiliki tantangan tersendiri dalam mendampingi anak
untuk berlatih mandiri. Tantangan terbesarnya adalah kesabaran. Setiap anak yang
memiliki keunikan tersendiri, memiliki tingkat kecepatan yang berbeda, sehingga
orang tua harus bisa memahami kapan waktunya terus kapan waktunya istirahat.
Orang tua harus memiliki kesiapan dalam menghadapi kemungkinan yang
terjadi selama mendampingin anak berlatih kemandirian. Selain orang tua yang
memiliki kesiapan dengan segala kemungkinannya, orang tua juga harus menyiapkan
mental anak. Seorang anak yang memiliki mental tangguh dia akan lebih mudah
dalam mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi di kemudian hari. Oleh karena
itu dasar-dasar mental tangguh harus di ajarkan sejak dini. Beberapa
cara melatih mental Tangguh anak agar menjadi berani dan mandiri yakni antara
lain sebagai berikut:
Memberikan Kesempatan
Kepada Anak untuk Menentukan Pilihan
Memberikan kesempatan kepada anak untuk menentukan pilihan adalah hal
pertama yang bisa dilakukan orang tua dalam mendampingi anak untuk berlatih
mandiri. Dengan latihan ini diharapkan anak akan memiliki mental
yang tangguh. Anak yang pemberani dan memiliki mental tangguh
adalah anak yang dapat menentukan pilihannya sendiri dan dapat memecahkan
masalah. Anak yang mandiri salah satunya harus sering berlatih
dapat menentukan sendiri pilihannya.
Bagaimana cara melatih anak dalam menentukan pilihan? Banyak hal yang
bisa dilakukan orang tua dalam kehidupan sehari-hari agar anak dapat berlatih
menentukan sendiri pilihannya. Contoh kegiatan yang bisa digunakan orang tua
untuk melatih anak menentukan pilihannya antara lain : pada saat kegiatan
makan, biarkan anak memilih menu yang diinginkannya. Pada saat anak selesai
mandi sore, biarkan anak memilih sendiri baju yang akan mereka pakai.
Anak-anak belum mampu menentukan pilhan dalam sebuah kegiatan yang
rumit, maka dari itu berikan pilihan yang sekiranya anak mampu melakukannya. Jangan
membuat anak frustasi yang nantinya akan membuat anak berhenti untuk berlatih.
Mengajarkan anak cara berinteraksi sosial
Interaksi sosial menjadi salah satu faktor, apakah anak sudah mandiri
atau belum? Tidak mudah bagi anak dalam membangun sebuah interaksi sosial. Anak
membutuhkan perjuangan salah satunya adalah rasa percaya baik percaya terhadap
dirinya maupun percaya terhadap lingkungannya.
Ketidaktahuan anak tentang cara berinteraksi sosial menyebakan anak
menjadi tidak mandiri bahkan menjadi penakut. Anak tidak mengetahui bagaimana cara
berinteraksi dengan orang lain. Orang tua sangat penting perannya dalam
memberikan pendampingan bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain. Anak sangat
membutuhkan waktu dan latihan agar bisa berinteraksi dengan orang lain baik orang-orang
yang ada hubungan kerabat maupun orang lain yang ada di sekitar anak.
Orang tua sangat perlu mengajarkan kepada anak dasar-dasar cara
membangun hubungan sosial, baik cara berinteraksi, bertahan dalam sebuah hubungan
ataupun cara mengakhiri sebuah hubungan. Ketika mereka memiliki kemampuan dasar
tersebut, maka diharapkan anak akan lebih berani dan berkembang sikap
kemandiriannya.
Contoh kegiatan yang dapat dilakukan orang tua untuk melatih anak dalam
membangun dasar-dasar interaksi sosial misalnya ketika anak diajak ke sebuah
supermarket berikan kesempatan kepada mereka untuk berlatih membayar sendiri. Sekali
waktu ajak teman-teman mereka yang ada di sekitar rumah untuk main di rumah
kita. Ajak mereka peduli dengan orang-orang yanga ada di sekitar kita, misalnya
saat ada pemulung sapa dengan baik. Orang tua juga bisa mengajak anak untuk
bermain ke rumah saudara atau tetangga dekat, ajarkan kepada mereka bagaimana
cara menyapa, cara meminjam sesuatu, cara berterimakasih dan sebagainya.
Menjadi Teladan
yang Benar
Cara mendampingi anak berikutnya yang juga dapat melatih kemandirian
anak adalah memberikan contoh langsung. Anak usia dini adalah peniru ulung,
oleh karena itu orang tua merupakan salah satu teladan yang secara langsung
mereka lihat setiap hari. Jadi jangan heran apabila tiba-tiba perilakunya tanpa
kita sadari sangat mirip dengan apa yang kita lakukan.
Perilaku meniru sangat efektif bagi anak dalam belajar, mereka tidak
akan mengalami kesulitan untuk meniru apalagi orang yang mereka tiru adalah
orang terdekat misalnya orang tua. Memberikan contoh secara langsung
perilaku-perilaku yang kita harapkan pada anak adalah cara yang efektif pula
bagi orang tua dalam mengajarkan sesuatu kepada anak.
Perilaku kemandirian yang dicontohkan orang tua akan mudah mereka
praktikkandalam kehidupan sehari-hari. Namun kita harus tetap menyadari, walaupun
mereka peniru ulung tetap yang mereka lakukan atau mereka tiru adalah hal-hal
sederhana yang dapat mereka praktekkan langsung, selebihnya pengetahuan yang
mereka lihat akan dijadikan sebagai sumber informasi di lain waktu.
Contoh aktifitas yang bisa dilakukan orang tua dalam mendampingi anak
agar mereka dapat berlatih kemandirian, misalnya ketika anak takut berenang,
maka orang tua bisa mencotohkan bagaimana berenang itu aman dan menyenangkan. Yakinkan
kepada anak bahwa mereka akan baik-baik saja ketika melakukannya di tempat yang
aman. Orang tua bisa ikut berenang, ikut
menyelam atau masuk kedalam air.
Contoh lain ketika anak takut pada binatang peliharaan misalnya kucing,
orang tua dapat mengajaknya mengenal dulu binatangnya dengan cara bercerita
atau menunjukan buku atau gambar tentang binatang tersebut.
Yang terpenting adalah keteladanan yang diberikan orang tua harus sesuai
dengan kemampuan anak. Karena harapannya dengan teladan yang benar dari orang
tua akan menumbuhkan semangat bagi anak untuk semakin mandiri.
Mengajarkan Anak Bagaimana caranya
Mengekspresikan Perasaan
Setiap anak memiliki cara tersendiri dalam mengekspresikan perasaannya,
namun ekspresi perasaan harus sesuai dengan keadaannya. Anak harus dapat mengekspresikan
dengan cara-cara yang benar, misalnya marah, tidak harus membanting benda. Ajak
anak untuk mengekspresikan dengan benar misalnya dengan cara berbicara. Ajak anak
mengenali apa yang sedang dia rasakan. Berdiskusi dengan anak tentang perasannya
itu sangat baik dalam melatih kemandirian anak.
Anak yang mandiri dapat mengelola emosinya dengan benar. Layaknya orang
dewasa anak juga memilki emosi yang berubah-ubah hanya yang harus diperhatikan
adalah cara mengelolanya.
Contoh aktifitas yang dapat dilakukan orang tua dalam mendampingi anak
mengenal emosinya antara lain saat mereka pulang sekolah orang tua bisa
menanyakan ‘bagaimana perasaan anak-anak hari ini’ atau kita bisa membuat
sebuah alat main yang bisa membangun anak untuk mengenal emosinya. Alat main
yang dimaksud adalah sebuah gambar-gambar emosi seperti marah, menangis, atau
bahagia. Ajak anak menempelkan gambar yang sesuai dengan emosi atau perasaan yang
sedang dirasakan oleh anak.
Semua usaha ini dilakukan agar anak dapat mengenali perasaannya sejak
dini. Harapannya ketika dewasa nanti anak dapat menempatkan perasaannya dengan
benar.
Membangun kepercayaan diri Anak
Hal terakhir yang dapat dilakukan orang tua untuk mendampingi anak dalam
berlatih kemandirian adalah membangun kepercayaan diri anak. Membangun percaya
diri anak, membutuhkan perjuangan yang besar orang tua. Membangun kepercayaan
pada diri anak butuh waktu yang lebih lama karena hal ini berhubungan dengan
ketuntasan emosi anak.
Agar anak memiliki mental yang tangguh dana berani, maka orang tua harus
membangun rasa percaya diri anak terlebih dahulu. Tanamkan dalam diri anak
bahwa dia mampu selama mau mencoba. Dukung setiap usaha yang sudah dilakukan
anak, pastikan bahwa anak mau terus mencoba dan tidak pantang menyerah.
Perilaku-perilaku yang diharapkan oleh orang tua agar berkembang pada
diri anak adalah investasi yang ditanam orang tua sejak dini. Ketika mereka
tuntas kemandiriannya maka akan meminimalisir masalah yang timbul dalam
kehidupannya.
Membangun rasa percaya diri anak
butuh kesabaran, maka lakukan dengan baik dan jangan samapai membunuh
karakter anak. Apabila itu terjadi maka membangun rasa percaya diri pada anak
akan mengalami kegagalan.
Setiap orang tua harus selalu belajar dan mencari tahu bagaimana
memberikan pendampingan terbaik kepada anak-anaknya.
Selamat berjuang para ibu hebat, darimu akan lahir para generasi yang
mandiri dan tangguh.
Salam Literasi
Jember, 28 Maret 2020
Langganan:
Komentar (Atom)