sentra

Selasa, 31 Maret 2020

Contoh Kemandirian #2




Kian usianya baru 2 tahun, sudah satu tahun dia belajar bersama kami. Sejak umur 1 tahun orang tuanya sudah menitipkan di sekolah ini. Kian memiliki tubuh yang sedikit berisi, karena mau di bilang gemuk, tidak terlalu gemuk dan mau dibilang kurus badannya padat berisi.

Saat itu dia sedang bermain bebas di atas alas berwarna hijau yang dihiasi gambar ikan laut. Ada beberapa troli yang berisi alat main. Troli berwarna hijau di samping depan bertuliskan lego kecil, itu artinya troli itu seharusnya berisi mainan lego dengan ukuran kecil. Namun yang terjadi adalah troli itu nampak kosong, semua lego tercecer di mana-mana.

Beberapa menit kemudian ibu guru datang mengahmpiri.
“Kian, kenapa trolinya kosong,” ibu menunjuk troli yang sudah kosong.
Kian bocah berusia 2 tahun itu hanya tersenyum dan melihat ke arah troli lalu memutar pandangannya ke arah beberapa tempat di sudut ruangan itu. Dia melihat lego-lego kecil yang berserakan di lantai.

Kian hanya tersenyum melihat ibu guru yang terus memperhatikannya.
“Ibu melihat legonya berantakan di lantai, maukah kamu membantu ibumerapikan kembali ke tempatnya,” ibu guru mulai melangkah dan memungut satu persatu lego itu.
Kian hanya melihat ibu guru yang memunguti lego.

“Teman-teman siapa yang mau balapan sama ibu, untuk membereskan lego ini,” ibu guru mengalihkan perhatiannya kepada anak lain. Dia punya cara untuk membangun tanggungjawab Kian dengan cara memotivasi melalui anak lain.

“Aku, Bu!” teriak beberapa anak. Kemudian mereka berlomba untuk mengambil lego yang tercecer. Kian mulai tertarik dia ikut berlari mengambil lego-lego itu.

Begitulah cara-cara yang bisa kita lakukan,. Pada umumnya anak-anak tidak mau di perintah, namun mereka akan senang bila di beri kepercayaan. Itu yang di lakukan ibu guru, memberinya kepercayaan, kesempatan dan motivasi secara tidak langsung. Sehingga suatu saat dengan modal rasa percaya diri itulah mereka akan tumbuh dan berkembang semua kemampuan kemandiriannya.

Semoga bermanfaat.
Salam literasi
Jember, 31 Maret 2020

Senin, 30 Maret 2020

Contoh Perilaku Kemandirian

Contoh-contoh anak yang belajar mandiri

Namanya Shaut usianya baru 4 tahun. Dia sudah mengikuti kegiatan sekolah di salah satu PAUD di dekat rumahnya.

Suatu hari tiba-tiba dia berlari ke kamar mandi tanpa sepengetahuan gurunya. Dia melapas celananya lalu masuk ke kamar mandi. rupanya dia sedang buang air kecil atau BAK. Setelah menyiram air kecingnya di lantai kemudian dia menyiram kemaluannya.

Beberapa saat kemudia dia sudah bergabung kembali dengan teman-temannya yang sedang bermain bersama di halaman sekolah. Dia kembali bergabung dan ikut berlari saat temannya bermain kejar-kejaran. 

Ibu guru sedang berada di dalam ruangan karena menata alat main yang akan digunakan anak-anak setelah melakukan main bebas di halaman. Beberapa saat kemudianibu guru datang menghampiri mereka.

“Bagaimana mainnya, apakah kalian bahagia,” Ibu guru menyapa anak anak yang sedang meluncur dari perusutan.
“Iya Bu,” lalu mereka berlari lagi menuju tangga mejemuk di belakang perusutan.
“Bu, tadi aku ke kamar mandi,” Shaut berlari mendekati Ibu guru.
“Oya...lalu,” Ibu guru antusias merespon cerita Shaut.
“Aku membuka celana, lalu masuk ke kamar mandi, aku buang air kecilnya dengan duduk, setelah itu kencingnya disiram, baru aku menyiram kemaluannku,” cerita Shaut dengan runtut.
“Alhamdulillah Shaut sudah mandiri, buang air kecilnya sudah bisa sendiri ke kamar mandi,” jawab ibu guru dan memberikan pujan atas keberhasilan Shaut  buang air kecil sendiri.

Kemudian mereka masuk ruangan untuk mengikuti kegiatan selanjutnya.

***
Di lain waktu Shaut tiba-tiba berlari dari dalam ruangan. Teman-temannya merasa heran melihat Shaut yang terburu-buru.

“Shaut mau kemana, kenapa kamu terburu-buru?” temannya bertanya, namun Shaut sibuk mencari sandalnya. 
“Aku mau ke kamar mandi, nanti kalau di tanya ibu guru, bilang aku ke kamar mandi ya,” jawab Shaut sambil berlari menuju kamar mandi.

Kali ini berbeda dengan kejadian beberapa hari yang lalu. Shaut membuka sandalnya dan menyegerakan membuka celananya, namun terlambat dia sudah tidak tahan, dan akhirnya hal yang tidak dia inginkan terjadi. Dia buang air besar atau BAB di celananya.

Kemudia dia masuk ke kamar mandi dengan celana separuh lutut. Dia membuka celananya dan sisa BABnya tercecer di lantai kamar mandi, dia mulai gelisah namun tetap berusaha menyelesaikan tanggungjawabnya. Dia menyiram lantai menggunakan air yang mengalir terus dari kran di bagian dinding di sebelah pintu. Maksudnya benar ingin bertanggungjawab namun yang terjadi sebaliknya BABnya malah berantakan di lantai. Shaut mulai menangis samabil terus menyiram celananya yang masih di penuhi BAB.

Sementara Ibu guru baru menyadari kalau muridnya kurang satu. Dia berdiri dan melongo ke jendela berharap dia melihat Shaut di balik jendela. Namun semua sia-sia, salah satu muridnya kemudia menyampaikan sesuatu pada ibu guru.

“Ibu mencari Shaut ya?” tanya bocah laki-laki yang berdiri di sampingnya.
“Iya, apakah kalian ada yang melihat Shaut?” tanya ibu guru membalikkan badan untuk mencari kemungkinan salah satu dari mereka melihat Shaut.
“Tadi aku melihat Shaut ke kamar mandi Bu,” bocah itu menjelaskan.
“Ooh, apa kamu melihatnya?”
“Iya Bu,”
“Apakah sudah tadi atau barusan?”
“Sudah tadi Bu saat kegiatan mengaji,” jelasnya.
“Waduh...kok Ibu tidak tahu ya,”

Ibu guru bangkit dari temapat duduknya dan menuju ke kamar mandi. betapa terkejutnya ibu guru melihat Shaut menangis dengan memegang celananya yang penuh dengan BAB. Ibu guru berusaha menenangkan, dia tahu kalau anaknya sedang panik dan merasa bersalah.

“Shaut mau BAB?” dia menanyakan sambil berusaha meyakinkan anak bahwa semua akan baik-baik saja. Shaut menganggukan kepala suara tangisnya mulai terdengar tampak dia menahan suaranya antara takut dan perasaan bersalah.

“Tidak apa-apa, Ibu akan membantumu,” ibu mengambil celana yang masih di tangan Shaut, kemudian menyiram lantai yang banyak BAB tercecer di sana. Setelah itu ibu guru mengambil sambun dan membersihkan tubuh Shaut. Setelah semuanya beres, sambil memakaikan baju ibu bercerita.

“Shaut Ibu tahu kamu ingin berusaha bertanggungja

wab terhadap keperluanmu. Kamu sudah hebat bisa pergi kekamar mandi sendiri, tapi kamar mandi kita kan jauh dari jangkauan ibu maka lain kali kamu bisa memberi tahu ibu terlebih dahulu sebelum ke kamar mandi, ya,”

Itulah yang di lakukan ibu guru dalam membangun kemandirian anak. Berikan kepercayaan kepada anak bahwa dia mampu. Berikan rasa aman sehingga dia merasa nyaman melakukan sendiri, berikan respon yang wajar agar anak tidak panik. Semua ini di lakukan agar dia mau mencoba lagi lain waktu, mungkin saat ini dia gagal siapa tahu di lain waktu itu dia akan berhasil atau kalaupun belum setidaknya dia belajar dari kesalahan yang sudah lalu.

Semoga bermanfaat

Minggu, 29 Maret 2020

Contoh Kegiatan pada Masa Lockdown

INDIKATOR KEGIATAN YANG BISA DILAKUKAN ORANG TUA SELAMA MASA LOCKDOWN
menggunakan tema pesawat


Menyebutkan macam-macam kendaraan (3/4.7)
Kegiatannya : ajak anak mengamati berbagai macam kendaraan melalui buku, gambar atau video, kemudian tanyakan kendaraan apa saja yang sudah di ketahui anak, bial memungkinkan tanyakan pula apa ciri-cirinya

Anak dapat menempel gambar kendaraan (3/4.3)
Bantuan orang tua : membuat gambar pesawat kemudian potong gambar tersebut sesuai bagiannya (badan pesawat, sayap, ekor atau baling-balingnya pilih salah satu)
Tugas anak : menempel atau mengabungkan potongan gambar tadi pada kertas HVs

Bersikap santun (3/4.2)
pengamatannya : anak tebiasa membungkukkan badan saat lewat di depan orang yang lebih tua



Menyebutkan nama gerakan sholat  (3/4.1)
Kegiatannya : ajaklah anak sholat berjamaah setelah selesai sholat tanyankan gerakan sholat apa saja yang anak ketahui

Membaca berbagai macam buku (3/4.12)
Kegiatannya : sediakan buku yang menarik untuk dibaca anak, tempatkan di area yang nyaman untuk anak melakukan kegiatan membaca, berikan pendampingan misalnya dengan bertanya buku apa yang sedang dibaca, bila memungkinkan ajak anak menceritakan isi buku

Menjaga kerapihan ruangan (2.8)
Pengamatannya anak merapikan mainan yang sudah di gunakan, atau merapikan bantal saat bangun tidur atau membuang sampah pada tempatnya



Melafadzkan bacaan sholat (3/4.1)
Kegiatannya : ajaklah anak sholat berjamaah setelah selesai sholat tanyankan bacaan sholat apa yang anak ketahui

Menyebutkan ciri-ciri pesawat (3/4.6)
Kegiatanya : berikan kesempatan kepada anak bermain peran aktifitas prosedur naik pesawat setelah selesai bermain peran tanyakan kepada anak bagaimana ciri-ciri pesawat, apa yang membedakan pesawat dengan kendaraan yang lain

Terbiasa berperilaku santun (2.14)
Masih tentang bermain peran : amati bagaimana anak ketika melakukan interaksi apakah dia mengucapkan terimaksaih setelah mendapatkan bantuan atau menerima sesuatu. Mengucapkan kata maaf saat tidak sengaja menyakiti orang lain, atau berbicara lembut dengan siapapun.



Bereksplorasi dengan bahan main untuk membuat pesawat (3/4.15)
Kegiatannya : ajak anak mencari bahan bekas yang ada di rumah misalnya bungkus pasta gigi, botol bekas air mineral, kardus bekas atau apa saja yang ada, kemudian ajak anak membuat pesawat dari bahan bekas tersebut, cari cara yang paling mudah bagi anak, sediakan selotip dan gunting. Tunggulah hasil karyanya!

Mengenal perilaku hidup sehat (3/4.4)
Kegiatannya : mengajak anak melakukan cuci tangan dengan 6 langkah, mengajak anak terbiasa cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan

Bangga pada hasil karya buatannya (2.4)
Penamatannya : berikan motivasi kepada anak agar selalu menghargai setiap pekerjaannya, motivasi anak agar bangga terhadap pekerjaannya.



Mengucapkan kalimat pujian saat melihat sesuatu yang menakjubkan (1.2)
Kegiatannya : ajak anak melakukan kegiatan olah raga atau berjemur dalam rangka menangkal virus corona, motivasi anak agar selalu bersyukur di beri kesempatan untuk menikmati sinar matahari, lalu ajaklah anak bersyukur dengan mengucapkan kalimat hamdallah, ceritakan tentang kebesaran Allah lalu ajak anak mengucapkan kalimat-kalimat toyyibah untuk mengagungkan kebesaran Allah.

Bertanggungjawab terhadap sesuatu yg dilakukan (2.12)
Kegiatannya memberikan motivasi agar anak merapikan mainan yang sudah di gunakan, atau merapikan bantal saat bangun tidur atau membawa piring ke tempat cuci piring setelah melakukan kegiatan makan.

Menjaga kebersihan lingkungan (2.1)
Berikan motivasi : agar anak senang menjaga kebersihan misalnya dengan membantu mama menyapu, membuang sampah pada tempatnya atau berlatih memcuci gelas minum yang berbahan plastik.

Senang melakukan uji coba (2.2)
Kegiatannya : ajak anak melakukan uji coba misalnya membuat pencampuran warna gunakan bahan yang ada contoh caranya sebagai berikut :
1.      Dengan krayon : goreskan krayon warna biru lalu tumpuk di atasnya warna merah maka akan muncul warna baru, biarkan anak mencoba berbagai warna
2.      Dengan pewarna makanan: teteskan warna merah pada segelas air lalu teteskan warna kuning maka akan muncul warna apa, biarkan anak mencoba warna lain
3.      Dengan spidol : letakkan ujungspidol warna merah lalu tambahkan  spidol warna kuning amati warna apa yang muncul
Atau mungkin orang tua punya cara lain untuk mengajak anak melkukan uji coba

Menirukan kegiatan senam irama (3/4.3)
Kegiatannya : ajak anak mendengarkan musik biarkan mereka bereksplorasi misalnya mengikuti gerakannya atau mengikuti syair lagunya, bila memungkinkan ajak mereka senam sambil mendengarkan musik anak-anak

Menjaga kebersihan lingkungan (2.1)
Berikan motivasi : agar anak senang menjaga kebersihan misalnya dengan membantu mama menyapu, membuang sampah pada tempatnya atau berlatih memcuci gelas minum yang berbahan plastik.



Mengenal dan memerankan berbagai macam profesi (3/4.7)
Kegiatannya : bermain peran, motivasi anak untuk bermain peran kegiatan di bandaradan pesawat, tawarkan peran yang bisa mereka pilih misalnya pilot, pramugari atau petugas petugas yang ada di bandara, bila perlu orang tua ikut bermain, apabila anak terpaksa bermain sendiri maka samapikan saja pijakannya dan katakan bahwa “kamu bisa menjadi sutradaranya, gunakan benda lain sebagai pilotnya, pramugarinya atau petugas lain yang ada di bandara” ide main peran kecil.

Menyebutkan fungsi pesawat (3/4.6)
Setelah anak bermain ajak anak untuk recalling dengan menanyakan peran yang sudah di pilih, di pesawat itu ada siapa atau ada apa saja, terakhir tanyakan kalau begitu pesawat itu untuk apa ya.

Terbiasa berperilaku santun (2.14)
Masih tentang bermain peran : amati bagaimana anak ketika melakukan interaksi apakah dia mengucapkan terimaksaih setelah mendapatkan bantuan atau menerima sesuatu. Mengucapkan kata maaf saat tidak sengaja menyakiti orang lain, atau berbicara lembut dengan siapapun.



Tertarik  mewarnai gambar (3/4.15)
Kegiatannya : motivasi anak agar menggambar sesuai topik, kemudian ajak mereka mewarnai gambarnya.

Menulis cerita (3/4.12)
Masih tentang gambar di atas apabila anak bisa menuliskan ceritanya, maka motivasi anak agar menuliskan sendiri ceritanya.

Melakukan bersih-bersih tubuh secara sederhana ( 3/4.4 )
Ajak anak untuk terbiasa melakukan bersih-bersih tubuh terutama cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktifitas, ajak anak terbiasa buang air (BAB, BAK) secara teratur walaupun masih diingatkan.



Tertarik pada ksta-kata baru dan asing (3/4.10)
Kegiatannya ajak anak bermain kata-kata misalnya tebak gambar, tebak kata, bermain kartu kata, atau meniru tulisan yang di tempel di tempat-tempat terbuka. Kata-kata yang dikenalkan : pilot, pramugari, hanggar, bandara, badan pesawat, sayap, ekor, mesin, roda, apron, arrival,boarding dst

Menceritakan pengalaman atau kejadian secara sederhana dengan runtut (3/4.11)
Ajak anak menceritakan apasaja yang sudah dilakukan sema sehari, kegiatan apasaja yang sangat menarik dan ingin dilkukan lagi. dst

Bersikap koopertif dan toleran dengan teman/saudara ketika bermain  (2.10)
Motivasi anak agar bersikap kooperatif, ajari bagaimana cara mengatasi konflik dengan adil. Berikan kesempatan agar anak belajar mengatsi masalahnya sendiri sebelum orang tua membantu.



Bereksplorasi dengan bahan main untuk membuat pesawat (3/4.15)
Kegiatannya : ajak anak mencari bahan bekas yang ada di rumah misalnya bungkus pasta gigi, botol bekas air mineral, kardus bekas atau apa saja yang ada, kemudian ajak anak membuat pesawat dari bahan bekas tersebut, cari cara yang paling mudah bagi anak, sediakan selotip dan gunting. Tunggulah hasil karyanya!

Bangga pada hasil karya buatannya (2.4)
Penamatannya : berikan motivasi kepada anak agar selalu menghargai setiap pekerjaannya, motivasi anak agar bangga terhadap pekerjaannya.

Menghargai keunggulan orang lain (2.10)
Motivasi agar anak dapat menghargai pekerjaan orang lain sekecil apapun, ajak anak agar mampu menghargai lewat ucapan misalnya karyamu bagus, atau kamu bekerja dengan sungguh-sungguh, wah kamu berhasil dst

Sabtu, 28 Maret 2020

Mendampingi Anak Berlatih Kemandirian



Mendampingi latihan kemandirian

Setelah kemarin kita belajar tentang upaya melatih kemandirian anak, sekarang kita akan belajar bagaimana cara mendampingi anak dalam berlatih kemandirian.

Dalam berlatih kemandirian, anak mungkin mengalami beberapa hambatan bahkan kesulitan, adakalanya anak akan mengalami frustasi, putus asa bahkan kecewa. Situasi yang demikian sangat membutuhkan orang-orang dewasa yang ada di sekitarnya untuk memberikan penguat dan rasa percaya.

Menjadi orang tua memiliki tantangan tersendiri dalam mendampingi anak untuk berlatih mandiri. Tantangan terbesarnya adalah kesabaran. Setiap anak yang memiliki keunikan tersendiri, memiliki tingkat kecepatan yang berbeda, sehingga orang tua harus bisa memahami kapan waktunya terus kapan waktunya istirahat.

Orang tua harus memiliki kesiapan dalam menghadapi kemungkinan yang terjadi selama mendampingin anak berlatih kemandirian. Selain orang tua yang memiliki kesiapan dengan segala kemungkinannya, orang tua juga harus menyiapkan mental anak. Seorang anak yang memiliki mental tangguh dia akan lebih mudah dalam mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi di kemudian hari. Oleh karena itu dasar-dasar mental tangguh harus di ajarkan sejak dini. Beberapa cara melatih mental Tangguh anak agar menjadi berani dan mandiri yakni antara lain sebagai berikut:

Memberikan Kesempatan Kepada Anak untuk Menentukan Pilihan

Memberikan kesempatan kepada anak untuk menentukan pilihan adalah hal pertama yang bisa dilakukan orang tua dalam mendampingi anak untuk berlatih mandiri. Dengan latihan ini diharapkan anak akan memiliki mental yang tangguh. Anak yang pemberani dan memiliki mental tangguh adalah anak yang dapat menentukan pilihannya sendiri dan dapat memecahkan masalah. Anak yang mandiri salah satunya harus sering berlatih dapat menentukan sendiri pilihannya.

Bagaimana cara melatih anak dalam menentukan pilihan? Banyak hal yang bisa dilakukan orang tua dalam kehidupan sehari-hari agar anak dapat berlatih menentukan sendiri pilihannya. Contoh kegiatan yang bisa digunakan orang tua untuk melatih anak menentukan pilihannya antara lain : pada saat kegiatan makan, biarkan anak memilih menu yang diinginkannya. Pada saat anak selesai mandi sore, biarkan anak memilih sendiri baju yang akan mereka pakai.

Anak-anak belum mampu menentukan pilhan dalam sebuah kegiatan yang rumit, maka dari itu berikan pilihan yang sekiranya anak mampu melakukannya. Jangan membuat anak frustasi yang nantinya akan membuat anak berhenti untuk berlatih.

Mengajarkan anak cara berinteraksi sosial

Interaksi sosial menjadi salah satu faktor, apakah anak sudah mandiri atau belum? Tidak mudah bagi anak dalam membangun sebuah interaksi sosial. Anak membutuhkan perjuangan salah satunya adalah rasa percaya baik percaya terhadap dirinya maupun percaya terhadap lingkungannya.

Ketidaktahuan anak tentang cara berinteraksi sosial menyebakan anak menjadi tidak mandiri bahkan menjadi penakut. Anak tidak mengetahui bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain. Orang tua sangat penting perannya dalam memberikan pendampingan bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain. Anak sangat membutuhkan waktu dan latihan agar bisa berinteraksi dengan orang lain baik orang-orang yang ada hubungan kerabat maupun orang lain yang ada di sekitar anak.

Orang tua sangat perlu mengajarkan kepada anak dasar-dasar cara membangun hubungan sosial, baik cara berinteraksi, bertahan dalam sebuah hubungan ataupun cara mengakhiri sebuah hubungan. Ketika mereka memiliki kemampuan dasar tersebut, maka diharapkan anak akan lebih berani dan berkembang sikap kemandiriannya.

Contoh kegiatan yang dapat dilakukan orang tua untuk melatih anak dalam membangun dasar-dasar interaksi sosial misalnya ketika anak diajak ke sebuah supermarket berikan kesempatan kepada mereka untuk berlatih membayar sendiri. Sekali waktu ajak teman-teman mereka yang ada di sekitar rumah untuk main di rumah kita. Ajak mereka peduli dengan orang-orang yanga ada di sekitar kita, misalnya saat ada pemulung sapa dengan baik. Orang tua juga bisa mengajak anak untuk bermain ke rumah saudara atau tetangga dekat, ajarkan kepada mereka bagaimana cara menyapa, cara meminjam sesuatu, cara berterimakasih dan sebagainya.

Menjadi Teladan yang Benar

Cara mendampingi anak berikutnya yang juga dapat melatih kemandirian anak adalah memberikan contoh langsung. Anak usia dini adalah peniru ulung, oleh karena itu orang tua merupakan salah satu teladan yang secara langsung mereka lihat setiap hari. Jadi jangan heran apabila tiba-tiba perilakunya tanpa kita sadari sangat mirip dengan apa yang kita lakukan.

Perilaku meniru sangat efektif bagi anak dalam belajar, mereka tidak akan mengalami kesulitan untuk meniru apalagi orang yang mereka tiru adalah orang terdekat misalnya orang tua. Memberikan contoh secara langsung perilaku-perilaku yang kita harapkan pada anak adalah cara yang efektif pula bagi orang tua dalam mengajarkan sesuatu kepada anak.

Perilaku kemandirian yang dicontohkan orang tua akan mudah mereka praktikkandalam kehidupan sehari-hari. Namun kita harus tetap menyadari, walaupun mereka peniru ulung tetap yang mereka lakukan atau mereka tiru adalah hal-hal sederhana yang dapat mereka praktekkan langsung, selebihnya pengetahuan yang mereka lihat akan dijadikan sebagai sumber informasi di lain waktu.

Contoh aktifitas yang bisa dilakukan orang tua dalam mendampingi anak agar mereka dapat berlatih kemandirian, misalnya ketika anak takut berenang, maka orang tua bisa mencotohkan bagaimana berenang itu aman dan menyenangkan. Yakinkan kepada anak bahwa mereka akan baik-baik saja ketika melakukannya di tempat yang aman. Orang tua bisa ikut berenang, ikut  menyelam atau masuk kedalam air.

Contoh lain ketika anak takut pada binatang peliharaan misalnya kucing, orang tua dapat mengajaknya mengenal dulu binatangnya dengan cara bercerita atau menunjukan buku atau gambar tentang binatang tersebut.

Yang terpenting adalah keteladanan yang diberikan orang tua harus sesuai dengan kemampuan anak. Karena harapannya dengan teladan yang benar dari orang tua akan menumbuhkan semangat bagi anak untuk semakin mandiri.

Mengajarkan Anak Bagaimana caranya Mengekspresikan Perasaan

Setiap anak memiliki cara tersendiri dalam mengekspresikan perasaannya, namun ekspresi perasaan harus sesuai dengan keadaannya. Anak harus dapat mengekspresikan dengan cara-cara yang benar, misalnya marah, tidak harus membanting benda. Ajak anak untuk mengekspresikan dengan benar misalnya dengan cara berbicara. Ajak anak mengenali apa yang sedang dia rasakan. Berdiskusi dengan anak tentang perasannya itu sangat baik dalam melatih kemandirian anak.

Anak yang mandiri dapat mengelola emosinya dengan benar. Layaknya orang dewasa anak juga memilki emosi yang berubah-ubah hanya yang harus diperhatikan adalah cara mengelolanya.

Contoh aktifitas yang dapat dilakukan orang tua dalam mendampingi anak mengenal emosinya antara lain saat mereka pulang sekolah orang tua bisa menanyakan ‘bagaimana perasaan anak-anak hari ini’ atau kita bisa membuat sebuah alat main yang bisa membangun anak untuk mengenal emosinya. Alat main yang dimaksud adalah sebuah gambar-gambar emosi seperti marah, menangis, atau bahagia. Ajak anak menempelkan gambar yang sesuai dengan emosi atau perasaan yang sedang dirasakan oleh anak.

Semua usaha ini dilakukan agar anak dapat mengenali perasaannya sejak dini. Harapannya ketika dewasa nanti anak dapat menempatkan perasaannya dengan benar.

Membangun kepercayaan diri Anak

Hal terakhir yang dapat dilakukan orang tua untuk mendampingi anak dalam berlatih kemandirian adalah membangun kepercayaan diri anak. Membangun percaya diri anak, membutuhkan perjuangan yang besar orang tua. Membangun kepercayaan pada diri anak butuh waktu yang lebih lama karena hal ini berhubungan dengan ketuntasan emosi anak.

Agar anak memiliki mental yang tangguh dana berani, maka orang tua harus membangun rasa percaya diri anak terlebih dahulu. Tanamkan dalam diri anak bahwa dia mampu selama mau mencoba. Dukung setiap usaha yang sudah dilakukan anak, pastikan bahwa anak mau terus mencoba dan tidak pantang menyerah.

Perilaku-perilaku yang diharapkan oleh orang tua agar berkembang pada diri anak adalah investasi yang ditanam orang tua sejak dini. Ketika mereka tuntas kemandiriannya maka akan meminimalisir masalah yang timbul dalam kehidupannya.

Membangun rasa percaya diri anak  butuh kesabaran, maka lakukan dengan baik dan jangan samapai membunuh karakter anak. Apabila itu terjadi maka membangun rasa percaya diri pada anak akan mengalami kegagalan.

Setiap orang tua harus selalu belajar dan mencari tahu bagaimana memberikan pendampingan terbaik kepada anak-anaknya.

Selamat berjuang para ibu hebat, darimu akan lahir para generasi yang mandiri dan tangguh.

Salam Literasi
Jember, 28 Maret 2020