sentra

Jumat, 13 Maret 2020

JINGGA HITAM


Warnanya jingga dan hitam.
Ciiit...
Sebuah kendaraan roda empat tiba-tiba berhenti di hadapannya.

“Huuh siapa sih, “

Pintu mobil yang berwana hitam dengan lapisan warna jingga di bagian tepinya, pelan-pelan terbuka. Tampak satu persatu kaki turun dari mobil. Dilihat dari tampilan sepatunya yang mengkilat sepertinya ini bukan orang biasa. Setelah pintu itu benar-benar terbuka sepasang kaki yang juga sudah menapak sempurna. Menyembullah kepala yang tertutup topi coboy berwarna coklat.

“Assalamualaiku,”

Suara itu sepertinya tidak asing ditelinga Luna. Tapi dimana ya, dia pernah mendengarnya. Luna semakin penasaran dengan sebagian wajah yang tertutup topi coboynya. Setelah berhasil mendongak dengan sempurna dia memicingkan mata dan mengerutkan alis tebalnya.

“Wa...Wa’alaikumsalam,”

Luna hampir melompat dari tempatnya berdiri ketika dia mengenali siapa yang datang. Wah bukankah orang ini, yang tadi di mall

Satu jam sebelumnya

Luna berjalan tergesa-gesa takut tidak kebagian tiket masuk. Film ini sudah dia tunggu beberapa hari yang lalu tapi dia baru bisa menontonnya hari ini karena dia harus memecahkan celengan supaya bisa nonton film ini. Maklum luna bukan orang yang bergelimangan harta, ibunya selalu berpesan kepadanya bahwa kalau kamu ingin sesuatu maka kamu harus mengusahakan sendiri. Kamu bisa mengurangi uang jajanmu untuk di tabung.

Luna berjalan sambil membaca pesan yang dikirim oleh teman-temannya. Konsentrasinya terhadap arah jalan sedikit terganggu karena selain dia sedang fokus pada HP-nya, dia juga sedang memegang minuman segar untuk di minum saat nonton bersamaan sedangkan dari arah berlawanan, seorang laki-laki bertubuh tinggi berbadan atletis, memakai baju yang sangat pres body juga sedang tergesa-gesa melangkah.
“Ya, ya, tunggu sebentar aku sedang menuju parkiran...,”

Braakkk...
“Aowww, kamu gimana sih kalau jalan lihat-lihat dong,” begitu geramnya lelaki itu.
“Maaf , Om eh Pak, eh mas,” Luna panik.
“Maaf saya sedang terburu-buru,” jawab Luna dengan wajah memelas.
“Memang kamu mau kemana, mau ketemu presiden?” sungut lelaki itu
“Sekali lagi maafkan saya, saya mau nonton dan sudah janjian dengan teman-teman, tadi saat babap menabrak saya itu karena saya sedang fokus membalas chat teman-teman.
“Alasan...ya sudah, sana pergi”
“Terimakasih bapak,”
Secepat kilat Luna berlari meninggalkan lelaki yang termangu. Dia tidak habis pikir dengan tingkah laku anak tadi.

***
“Hey, kok malah ngelamun.”
“Memang dia siapa, kamu kenal dia?”
"Ah..tidak," 
"kalau tidak kenal kok malah bengong,"
"Ayo kita pergi dari sini, nanti aku ceritakan masalahnya,"

Luna mengamit lengan temannya dan secepat kilat dia berlari sambil menarik lengan temannya.

"Aduuh, sakit tau,"

temannya tampak kesal namun tetap mengikuti Luna. Lelaki itu ikut mengejar Luna yang sepertinya lari ketakutan. Luna semakin kencang berlari dan akhirnya melepaskan tangan temannya.

"Hey tunggu..."

Lelaki itu berteriak dan berlari lebih kencang lagi, hingga akhirnya dapat meraih lengan Luna.

"Ampuun, maaf pak, saya tidak sengaja, lepaskan saya pak, toloong, tolong,"

Luna meronta dan berteriak minta tolong.


"Luna...bangun, ada apa?"

Ibu menggoyang-goyangkan pundak Luna.

"Alhamdulillah ternyata hanya mimpi,"
"Walah Nduk, ngimpi kok yo kanti, ngos-ngosan, memang kamu mimpi apa toh?"
"Mimpi dikejar anjing, Bu,"
sahut Luna yang kemudian membetulakan selimutnya lagi. Sementara ibu hanya tersenyum tak mengerti dengan sikap anaknya. 



salam literasi

 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar