Warnanya jingga
dan hitam.
Ciiit...
Sebuah kendaraan
roda empat tiba-tiba berhenti di hadapannya.
“Huuh siapa sih, “
Pintu mobil yang
berwana hitam dengan lapisan warna jingga di bagian tepinya, pelan-pelan
terbuka. Tampak satu persatu kaki turun dari mobil. Dilihat dari tampilan
sepatunya yang mengkilat sepertinya ini bukan orang biasa. Setelah pintu itu
benar-benar terbuka sepasang kaki yang juga sudah menapak sempurna. Menyembullah
kepala yang tertutup topi coboy berwarna coklat.
“Assalamualaiku,”
Suara itu
sepertinya tidak asing ditelinga Luna. Tapi dimana ya, dia pernah mendengarnya.
Luna semakin penasaran dengan sebagian wajah yang tertutup topi coboynya. Setelah
berhasil mendongak dengan sempurna dia memicingkan mata dan mengerutkan alis tebalnya.
“Wa...Wa’alaikumsalam,”
Luna hampir
melompat dari tempatnya berdiri ketika dia mengenali siapa yang datang. Wah bukankah
orang ini, yang tadi di mall
Satu jam
sebelumnya
Luna berjalan
tergesa-gesa takut tidak kebagian tiket masuk. Film ini sudah dia tunggu
beberapa hari yang lalu tapi dia baru bisa menontonnya hari ini karena dia
harus memecahkan celengan supaya bisa nonton film ini. Maklum luna bukan orang
yang bergelimangan harta, ibunya selalu berpesan kepadanya bahwa kalau kamu
ingin sesuatu maka kamu harus mengusahakan sendiri. Kamu bisa mengurangi uang
jajanmu untuk di tabung.
Luna berjalan
sambil membaca pesan yang dikirim oleh teman-temannya. Konsentrasinya terhadap
arah jalan sedikit terganggu karena selain dia sedang fokus pada HP-nya, dia
juga sedang memegang minuman segar untuk di minum saat nonton bersamaan
sedangkan dari arah berlawanan, seorang laki-laki bertubuh tinggi berbadan
atletis, memakai baju yang sangat pres body juga sedang tergesa-gesa melangkah.
“Ya, ya, tunggu
sebentar aku sedang menuju parkiran...,”
Braakkk...
“Aowww, kamu
gimana sih kalau jalan lihat-lihat dong,” begitu geramnya lelaki itu.
“Maaf , Om eh
Pak, eh mas,” Luna panik.
“Maaf saya sedang
terburu-buru,” jawab Luna dengan wajah memelas.
“Memang kamu mau
kemana, mau ketemu presiden?” sungut lelaki itu
“Sekali lagi maafkan
saya, saya mau nonton dan sudah janjian dengan teman-teman, tadi saat babap
menabrak saya itu karena saya sedang fokus membalas chat teman-teman.
“Alasan...ya
sudah, sana pergi”
“Terimakasih
bapak,”
Secepat kilat Luna
berlari meninggalkan lelaki yang termangu. Dia tidak habis pikir dengan tingkah
laku anak tadi.
***
“Hey, kok malah
ngelamun.”
“Memang dia siapa, kamu kenal dia?”
"Ah..tidak,"
"kalau tidak kenal kok malah bengong,"
"Ayo kita pergi dari sini, nanti aku ceritakan masalahnya,"
Luna mengamit lengan temannya dan secepat kilat dia berlari sambil menarik lengan temannya.
"Aduuh, sakit tau,"
temannya tampak kesal namun tetap mengikuti Luna. Lelaki itu ikut mengejar Luna yang sepertinya lari ketakutan. Luna semakin kencang berlari dan akhirnya melepaskan tangan temannya.
"Hey tunggu..."
Lelaki itu berteriak dan berlari lebih kencang lagi, hingga akhirnya dapat meraih lengan Luna.
"Ampuun, maaf pak, saya tidak sengaja, lepaskan saya pak, toloong, tolong,"
Luna meronta dan berteriak minta tolong.
"Luna...bangun, ada apa?"
Ibu menggoyang-goyangkan pundak Luna.
"Alhamdulillah ternyata hanya mimpi,"
"Walah Nduk, ngimpi kok yo kanti, ngos-ngosan, memang kamu mimpi apa toh?"
"Mimpi dikejar anjing, Bu,"
sahut Luna yang kemudian membetulakan selimutnya lagi. Sementara ibu hanya tersenyum tak mengerti dengan sikap anaknya.
salam literasi
"Ah..tidak,"
"kalau tidak kenal kok malah bengong,"
"Ayo kita pergi dari sini, nanti aku ceritakan masalahnya,"
Luna mengamit lengan temannya dan secepat kilat dia berlari sambil menarik lengan temannya.
"Aduuh, sakit tau,"
temannya tampak kesal namun tetap mengikuti Luna. Lelaki itu ikut mengejar Luna yang sepertinya lari ketakutan. Luna semakin kencang berlari dan akhirnya melepaskan tangan temannya.
"Hey tunggu..."
Lelaki itu berteriak dan berlari lebih kencang lagi, hingga akhirnya dapat meraih lengan Luna.
"Ampuun, maaf pak, saya tidak sengaja, lepaskan saya pak, toloong, tolong,"
Luna meronta dan berteriak minta tolong.
"Luna...bangun, ada apa?"
Ibu menggoyang-goyangkan pundak Luna.
"Alhamdulillah ternyata hanya mimpi,"
"Walah Nduk, ngimpi kok yo kanti, ngos-ngosan, memang kamu mimpi apa toh?"
"Mimpi dikejar anjing, Bu,"
sahut Luna yang kemudian membetulakan selimutnya lagi. Sementara ibu hanya tersenyum tak mengerti dengan sikap anaknya.
salam literasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar