sentra

Senin, 30 Maret 2020

Contoh Perilaku Kemandirian

Contoh-contoh anak yang belajar mandiri

Namanya Shaut usianya baru 4 tahun. Dia sudah mengikuti kegiatan sekolah di salah satu PAUD di dekat rumahnya.

Suatu hari tiba-tiba dia berlari ke kamar mandi tanpa sepengetahuan gurunya. Dia melapas celananya lalu masuk ke kamar mandi. rupanya dia sedang buang air kecil atau BAK. Setelah menyiram air kecingnya di lantai kemudian dia menyiram kemaluannya.

Beberapa saat kemudia dia sudah bergabung kembali dengan teman-temannya yang sedang bermain bersama di halaman sekolah. Dia kembali bergabung dan ikut berlari saat temannya bermain kejar-kejaran. 

Ibu guru sedang berada di dalam ruangan karena menata alat main yang akan digunakan anak-anak setelah melakukan main bebas di halaman. Beberapa saat kemudianibu guru datang menghampiri mereka.

“Bagaimana mainnya, apakah kalian bahagia,” Ibu guru menyapa anak anak yang sedang meluncur dari perusutan.
“Iya Bu,” lalu mereka berlari lagi menuju tangga mejemuk di belakang perusutan.
“Bu, tadi aku ke kamar mandi,” Shaut berlari mendekati Ibu guru.
“Oya...lalu,” Ibu guru antusias merespon cerita Shaut.
“Aku membuka celana, lalu masuk ke kamar mandi, aku buang air kecilnya dengan duduk, setelah itu kencingnya disiram, baru aku menyiram kemaluannku,” cerita Shaut dengan runtut.
“Alhamdulillah Shaut sudah mandiri, buang air kecilnya sudah bisa sendiri ke kamar mandi,” jawab ibu guru dan memberikan pujan atas keberhasilan Shaut  buang air kecil sendiri.

Kemudian mereka masuk ruangan untuk mengikuti kegiatan selanjutnya.

***
Di lain waktu Shaut tiba-tiba berlari dari dalam ruangan. Teman-temannya merasa heran melihat Shaut yang terburu-buru.

“Shaut mau kemana, kenapa kamu terburu-buru?” temannya bertanya, namun Shaut sibuk mencari sandalnya. 
“Aku mau ke kamar mandi, nanti kalau di tanya ibu guru, bilang aku ke kamar mandi ya,” jawab Shaut sambil berlari menuju kamar mandi.

Kali ini berbeda dengan kejadian beberapa hari yang lalu. Shaut membuka sandalnya dan menyegerakan membuka celananya, namun terlambat dia sudah tidak tahan, dan akhirnya hal yang tidak dia inginkan terjadi. Dia buang air besar atau BAB di celananya.

Kemudia dia masuk ke kamar mandi dengan celana separuh lutut. Dia membuka celananya dan sisa BABnya tercecer di lantai kamar mandi, dia mulai gelisah namun tetap berusaha menyelesaikan tanggungjawabnya. Dia menyiram lantai menggunakan air yang mengalir terus dari kran di bagian dinding di sebelah pintu. Maksudnya benar ingin bertanggungjawab namun yang terjadi sebaliknya BABnya malah berantakan di lantai. Shaut mulai menangis samabil terus menyiram celananya yang masih di penuhi BAB.

Sementara Ibu guru baru menyadari kalau muridnya kurang satu. Dia berdiri dan melongo ke jendela berharap dia melihat Shaut di balik jendela. Namun semua sia-sia, salah satu muridnya kemudia menyampaikan sesuatu pada ibu guru.

“Ibu mencari Shaut ya?” tanya bocah laki-laki yang berdiri di sampingnya.
“Iya, apakah kalian ada yang melihat Shaut?” tanya ibu guru membalikkan badan untuk mencari kemungkinan salah satu dari mereka melihat Shaut.
“Tadi aku melihat Shaut ke kamar mandi Bu,” bocah itu menjelaskan.
“Ooh, apa kamu melihatnya?”
“Iya Bu,”
“Apakah sudah tadi atau barusan?”
“Sudah tadi Bu saat kegiatan mengaji,” jelasnya.
“Waduh...kok Ibu tidak tahu ya,”

Ibu guru bangkit dari temapat duduknya dan menuju ke kamar mandi. betapa terkejutnya ibu guru melihat Shaut menangis dengan memegang celananya yang penuh dengan BAB. Ibu guru berusaha menenangkan, dia tahu kalau anaknya sedang panik dan merasa bersalah.

“Shaut mau BAB?” dia menanyakan sambil berusaha meyakinkan anak bahwa semua akan baik-baik saja. Shaut menganggukan kepala suara tangisnya mulai terdengar tampak dia menahan suaranya antara takut dan perasaan bersalah.

“Tidak apa-apa, Ibu akan membantumu,” ibu mengambil celana yang masih di tangan Shaut, kemudian menyiram lantai yang banyak BAB tercecer di sana. Setelah itu ibu guru mengambil sambun dan membersihkan tubuh Shaut. Setelah semuanya beres, sambil memakaikan baju ibu bercerita.

“Shaut Ibu tahu kamu ingin berusaha bertanggungja

wab terhadap keperluanmu. Kamu sudah hebat bisa pergi kekamar mandi sendiri, tapi kamar mandi kita kan jauh dari jangkauan ibu maka lain kali kamu bisa memberi tahu ibu terlebih dahulu sebelum ke kamar mandi, ya,”

Itulah yang di lakukan ibu guru dalam membangun kemandirian anak. Berikan kepercayaan kepada anak bahwa dia mampu. Berikan rasa aman sehingga dia merasa nyaman melakukan sendiri, berikan respon yang wajar agar anak tidak panik. Semua ini di lakukan agar dia mau mencoba lagi lain waktu, mungkin saat ini dia gagal siapa tahu di lain waktu itu dia akan berhasil atau kalaupun belum setidaknya dia belajar dari kesalahan yang sudah lalu.

Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar