sentra

Rabu, 18 Maret 2020

Latihan Kemandirian

Latihan Kemandirian

Kemandirian pada anak pada dasarnya bisa di latih sejak dini. Pada tulisan sebelumnya kita sudah belajar bagaimana menumbuhkan kemandirian. Lalu bagaimana kemandirian itu dilatih sejak usia bayi?

Ketika kita melatih dia berjuang meminum ASI, bersabar saat harus menunggu di ganti popoknya, atau berlati merangkak untuk meraih benda yang diinginkan, sejatinya kegiatan-kegiatan itu adalah salah satu bentuk latihan anak dalam kemandirian. Ketika anak berlatih menyuap makanan sendiri, memegang gelas sendiri dan sebagai itu juga bentuk latihan kemandirian.

Masih ingatkah masa-masa kita menyapih anak-anak kita. Beberapa bulan sebelumnya sudah kita siapkan mulai dari kapan kita akan menyapih, bagaimana mengatasi saat anak rewel karena disapih dan masih banyak lagi persiapan yang di lakukan seorang ibu ketika tiba saatnya harus menyapih bayinya.

Terlepas dari itu semua yang terpenting adalah tujuan dari menyapih itu sendiri. Karena bagaimapun juga proses menyaph bukan hal mudah bagi seorang ibu, karena masa-masa menyusi merupakan kedekatan yang sangat intens antara ibu dan bayinya. Sehingga saat harus melalui proses menyapih, seringkali ibu merasa tak tega untuk melakukannya. Begitu pula bagi si bayi, yang tidak rela berpisah dari ibunya.

Pada dasarnya proses penyapihan merupakan proses alamiah bagi ibu dan anak, namun bisa menimbulkan masalah karena adanya emosi yang tidak stabil baik ibu maupun bayi. Proses menyapih bukanlah proses pemisahan hubungan antara ibu dan anak, melainkan bagian dari fase perkembangan yang harus dijalani anak.

Saat proses penyapihan terjadi, sebenarnya anak sedang berada pada fase alami untuk:
•    Belajar mengenal aneka ragam rasa dan tekstur makanan.
•    Latihan mengunyah makanan padat karena gigi dan rahangnya 'diuji' agar dapat berkembang secara optimal.
•    Latihan kemandirian, sebab anak tidak harus bergantung lagi pada ASI setiap ia merasa lapar atau haus. Dia sudah bisa menikmati makanan padatnya.
•    Latihan percaya pada orang lain dalam pemenuhan kebutuhannya.
•    Latihan beradaptasi dan berinteraksi dengan orang lain.
•    Tidak menjadikan ibunya sebagai satu-satunya orang yang bisa memenuhi kebutuhannya.

Dalam proses penyapihan, seorang ibu juga harus memiliki banyak pengetahuan, setelah anak disapih, apakah harus berpindah atau berganti minum susu menggunakan dot? Karena minum susu menggunakan dot akan menimbulkan masalah dikemudian hari misalnya anak akan ketergantung pada susu botol atau ada anak yang terbiasa minum susu menggunakan dot justru tidak bisa menahan untuk buang air kecil (ngompol).

Pentingnya orang tua membangun komunikasi yang baik dengan anak jauh sebelum anak disapih akan sangat membantu pada saat proses penyapihan. Orang tua tidak perlu berbohong untuk mengalihkan perhatian anak dari menyusu menuju proses penyapihan. Anak mulai di latih dan diberi pengertian misalnya “Dik nanti kalau sudah usia 2 tahun minumnya menggunakan gelas ya, tidak minum ASI lagi.” Mungkin pada awalnya akan terjadi penolakan bahkan ada sebagian anak yang memberontak, namun disitulah ibu diuji apakah seorang ibu akan knsisten dengan ucapan dan tindakannya atau tidak.

Selain itu proses pengalihan dari ASI tidak boleh dengan kebiasaan yang tidak baik misalnya menghisap jempol, menghisap empeng, atau benda lain yang digunakan untuk mengalihkan ketergantungan anak pada ASI. Hal ini juga dapat mengakibatkan hal buruk di kemudian hari misalnya ketika anak senang menghisap jempolnya maka jempol tersebut akan mengalami gangguan seperti mudah infeksi atau terluka dll. Ada juga anak yang ketergantungan dengan benda lain yang digunakan untuk ngempeng mengakibatkan anak akan selalu membawa empengnya dan tidak bisa menyesuai diri dengan situasi-situasi tertentu karena ketergantungan pada empeng tersebut.

Bila sudah demikian proses melatih kemandirian akan mengalami kendala. semua adalah pilihan, maka
keputusan ada ditangan anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar