Fitrah kemandirian
Ani christina dalam bukunya yang berjudul tuntas kemandirian mengatakan “Setiap anak lahir dengan fitrah kemandirian. Kita perlu memiliki kesadaran penuh bahwa mereka sering kali butuh berlatih mandiri sesuai tahapan usianya. Seringkali kita tidak sadar, bahwa kasih sayang dan keinginan instan kita, ternyata menghambat mereka untuk menjadi individu mandiri sejak dini.”
Ketika bayi dilahirkan ke duania Allah sudah membekalinya sebuah fitrah. Fitrah beragama, fitrah berkembang, fitrah berbuat baik dan sebagainya. Fitrah tersebut bisa berkembang bisa juga hilang tergantung bagaimana orang tuanya mendidik atau mendampinginya.
Sebagaimana riwayat sebuah hadits tentang fitrah manusia yaitu “setiap anak yang lahi,r dilahirkan di atas fitrahhingga ia fasih (berbicara). Kedua orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi.”
Fitrah kemandirian sudah terlihat pada bayi sejak lahir. Hal ini terlihat ketika bayi baru lahir dia langsung menangis, menggerakkan bagian anggota tubuhnya. Tanda-tanda tersebut memberikan informasi kepada kita bahwa Allah telah membekalinya fitrah bahwa anak memiliki kemampuan. Kemampuan tersebut bermacam-macam misalnya kemampuan menangis untuk bayi.
Dalam perjalanan perkembangannya bayi terus mengalami kemajuan misalnya ketika bayi mulai memasuki bulan ke empat, tahapan perkembangannya mulai terlihat pada gerakannya. Gerakan bayi pada usia ini misalnya mengangkat kepala, mengangkat kaki, atau menggerakkan tangannya seperti membuka dan menggenggam. Gerakan-gerakan ini menunjukkan kepada kita bahwa kekuatan otot bayi semakin meningkat.
Ketika bayi dibekali dengan fitrah berkembang oleh Allah maka bayi akan menggunakan fitrah tersebut untuk mengembangkan pengetahuannya. Bayi sudah memiliki ketertarikan untuk meningkatkan kemampuannya misal ketika bayi mampu mengangkat kepalanya maka dia akan meningkatkan keinginannya untuk menggangkat dadanya, atau saat posisi berbaring dia akan berusaha untuk membalikkan badan supaya dia bisa tengkurap dan seterusnya.
Dorongan yang terjadi dalam diri anak untuk meningkatkan kemmampuan tersebut yang di namakan fitrah. Fitrah ini akan berkembang sesuai dengan pengaruh yag ada dilingkungannya. Bagi bayi yang selalu diberi kesempatan untuk mencoba maka dia akan terus berkembang, begitu sebaliknya tatkala kita berusaha menghalanginya atau mungkin membantu secara instan maka yang terjadi anak akan malas berusaha sehingga kemampuan yang seharusnya berkembang akan berhenti dengan terpaksa.
Usaha-usaha yang di lakukan anak saat mengembangkan dirinya, secara tidak langsung mereka sudah membangun fitrah kemandirian. Usaha tersebut merupakan pola pikir mandiri yang secara alami. Ketika orang dewasa terutama ibunya mulai mengajari kemampuan yang harus dicapai pada tahapan berikutnya maka pola pikir mandiri tersebut akan semakin kuat dalam diri seorang bayi.
Fitrah kemandirian sangat erat hubungannya dengan kegiatan motorik yang dilakukan anak. Mengapa demikian? Hal ini karena kemampuan bayi terbatas pada pergerakan fisik sederhana. Setelah bayi berusia 7 hingga 8 bulan dimana sebagian bayi sudah bisa duduk sempurna, maka bayi mulai tertarik dengan benda-benda di sekitarnya sehingga dia akan belajar menggenggam, melepaskan atau meraih benda yang ada dalam jangkauannya.
Bayi memiliki kegiatan reflek untuk melakukan kemampuan yang sudah dicapai atau memiliki keinginan untuk mengembangkannya itu disebabkan karena adanya dorongan ilmiah dirinya sebagai manusia yang mandiri. Kesalahan yang sering terjadi adalah orang dewasa meletakkan bayi pada posisi pasif dimana anak tidak memiliki masa untuk mengembangkan kemampuan motorik selanjutnya. Misalnya tidak ada latihan untuk belajar duduk, bayi sudah langsung didudukkan.
Ketika bayi harus bisa duduk, merangkak atau berdiri, maka orang dewasa harus menyiapkan kekuatan-kekuatan otot-otot yang diperlukan untuk perkembangan kemampuan tersebut. Orang dewasa cenderung ingin segera atau terburu-buru mengajarkan kemampuan motorik pada tiap tahapannya, orang tua lupa bahwa sebelum mengajarkan
Kita tidak perlu terburu-buru dalam mengajarkan setiap kemampuan motorik kepada anak, karena anak sudah memiliki naluri alamiah sebagai fitrah kemandirian, untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya. Jadi secara alamiah bayi-bayi ini akan terdorong untuk mandiri dalam menggerakkan tubuhnya.
Yang terpenting adalah sarana apa yang bisa kita berikan kepada bayi pada masa ini, agar mereka dapat tumbuh dan berkembang sesuai tahapannya. Sarana yang paling di butuhkan adalah memberikan banyak kesempatan kepada bayi bergerak di lantai agar tumbuh keinginan pribadinya untuk bergerak secara mandiri. Memberikan kesempatan kepada bayi untuk bergerak bebas di lantai berarti kita sudah memberikan kesempatan kepada bayi untuk mengembangkan sendiri kemampuan mandirinya dalam bergerak,
Mengangkat kepala, tengkurap, belajar duduk dan sebagainya.
Seorang bayi juga memiliki fitrah untuk senang menjelajah hal ini terlihat ketika bayi sudah bisa merangkak. Ketika merangkak dia akan menjelajahi penjuru rumah. Tidak heran ketika masa ini kita harus benar-benar waspada. Kemungkinan untuk menemukan mereka di kolong tempat tidur, atau di kolong meja bahkan mungkin ada di kamar mandi. dia akan menjelajah tempat-tempat terbuka dan sepi. Tempat yang mungkin selama ini jarang bayi temui.
Pada saat mereka merangkak untuk menjelajah di semua sudut rumah, maka sebenarnya mereka saat ini sedang melalui sebuah tahapanperkembangan paling menantang dan emosional. Karena pada masa ini bayi mulai belajar menjauh dari kita, dia menjelajah mencari apa saja yang belum mereka temui. Dia sedang bereksplorasi ruang geraknya hal ini sebagai cara bagi bayi untuk menunjukkan bahwa dia memiliki dorongan alamiah untuk menjadi manusia mandiri.
Orang tua cenderung tidak sabar pada masa-masa ini. Bahkan ada pula orang tua yang terkadang menggunakan alat bantu misanya ketika anak mau belajar berjalan, karena orang tua tidak sabar, maka orang tua akan membelikan alat bantu yang bisa digunakan anak agar anak bisa jalan, padahal itu keliru. Karena ketika kita mengharapkan anak bisa berjalan tapi tidak menyiapkan otot-otot kaki, badan dan tangan, maka tindakan ini akan mematikan secara perlahan-lahan dorongan alamiah untuk menjadi manusi mandiri.
Secara medis pemberian alat bantu kepada anak akan membahayakan diri anak karena peralatan tersebut dapat memperlambat kemampuan menyeimbangkan otot-otot kaki dan kemampuan berjalan anak. Menggunakan alat bantuan juga menyebabkan tidak terdeteksinya gangguan pada kaki, misalnya gerakan jalan yang abnormal.
Perlakuan yang benar adalah memberikan dukungan lingkungan untuk anak, supaya dia tertarik untuk melakukan kegiatan berjalan sendiri, atau berlatih berdiri-jongkok-berdiri secara berulang-ulang sampai otot kakinya kuat dan siap berjalan.
Ingatlah kita harus bisa membedakan rasa sayang dan rasa tidak tega. Jangan jadikan kekhawatiran kita sebagai orang dewasa untuk menghambat perkembangan anak-anak. Ketika kita takut mengambil resiko maka bayi akan menjadi takut untuk mencoba. Pengamanan yang berlebihan kepada anak akan menyebabkan anak tidak bersemangat untuk belajar. Dia justru merasa orang tuanya menjadi penghalang. Tentunya kita sebagai orang tua tidak ingin fitrah kemandirian yang sudah dititipkan Allah keapada anak-anak kita menghilang begitu saja karena salah perlakuan kita sebagai orang tua.
Yang sebaiknya dilakukan orang tua adalah menghilangkan rasa takudan cemas pada diri anak. Berikan keyakinan kepada anak bahwa setiap anak adalah tangguh dan punya keinginan untuk menjadi mandiri secara alamiah. Kita punya pilihan untuk menummbuhkan fitrah yang sudah diberikan Allah dengan memberikan kesempatan untuk bereksplorasi. Begitu sebaliknya ketika kita memilih mengintervensi, membatasi eksplorasi dan memberikan alat bantu itu sama artinya kita sudah membunuh fitrah kemandirian.
Percayalah ketika mereka dewasa kita akan menuai apa yang sudah ditanam terhadap diri anak-anak tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar